Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Nikel perpanjang penurunan mingguan akibat Shanghai Futures Exchange berusaha meredakan kekurangan pasokan untuk bursa. Anjloknya nikel juga disebabkan penurunan penjualan harga rumah baru di China, konsumen terbesar nikel.
Mengutip Bloomberg, Senin (18/5) pukul 09.17, harga nikel pengiriman tiga bulan berada di level US$ 13.840 per metrik ton. Harga turun 1% dibanding akhir pekan lalu. Dalam sepekan, harga nikel 2,5%.
Logam di Shanghai turun sebanyak 1,8%. Ini merupakan kerugian mingguan pertama dalam lima hari. Pejabat The Shanghai Futures Exchange (SHFE) bertemu dengan kepala penjualan global di OAO GMK Norilsk Nickel, produsen tambang terbesar dari Rusia. SHFE berusaha untuk menyetujui pengiriman logam buatan luar negeri ke dalam kontrak berjangka untuk meringankan kekurangan pada Jumat (15/5).
Selain itu, harga nikel terhempas akibat penurunan penjualan harga rumah baru bulan April. Biro Statistik China menyebutkan, penjualan harga perumahan baru di bulan April (year on year) menurun di 70 kota besar.
Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, penurunan penjualan perumahan terus terjadi meskipun Bank Sentral China (PBoC) sudah melonggarkan kebijakan melalui pemangkasan suku bunga dan program stimulus.
Menurutnya, kebijakan ini tak kunjung membantu memulihkan perekonomian China dari guncangan. Pelaku pasar relatif apatis dengan kebijakan yang dinilai tidak terprogram secara baik tersebut.
“Sebagai importir terbesar nikel, kondisi perekonomian yang masih dalam jalur kontraksi turut memberikan dampak negatif bagi nikel. Harga nikel juga masih menanti konfirmasi data manufaktur,” ujar Ibrahim.
Untuk diketahui, Negeri Tirai Bambu tersebut akan merilis data manufaktur bulan Mei. Berdasarkan konsensus, angka manufaktur berada di level 49,5. Angka manufaktur di bawah 50 menandakan kontraksi masih menghantui kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia tersebut.
Ibrahim bilang, data manufaktur ini akan menentukan nasib nikel selanjutnya. “Buruknya data properti di China sepertinya akan memukul data manufaktur,” imbuh Ibrahim.
Selain data manufaktur China, katalis yang turut menggerakkan harga nikel berasal dari data Amerika Serikat (AS) yakni klaim pengangguran mingguan. Apabila data ini positif, diikuti dengan penguatan indeks dollar maka kian membenani laju nikel.
Secara teknikal, harga nikel masih enggan meroket. Bollinger band dan moving average berada 20% di atas bollinger bawah. Ini mensinyalkan pergerakan turun bagi nikel. Indikator stochastic berada 70% berada di area negatif. Indikator moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) masih wait and see sambil menunggu konfirmasi data manufaktur China dan klaim pengangguran mingguan AS.
Ibrahim memprediksi harga nikel Selasa (19/5) akan bergerak di kisaran US$ 13.780-US$ 13.890 per metrik ton. Sementara harga nikel sepekan diduga terbentang di level US$ 12.500-US$ 13.900 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News