kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Buruh mogok, harga nikel melaju


Selasa, 28 April 2015 / 07:01 WIB
Buruh mogok, harga nikel melaju
ILUSTRASI. Sejumlah pengunjung berfoto dengan latar belakang Istana Kepresidenan di kawasan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Minggu (1/11/2020). Kebun Raya Bogor yang diusulkan menjadi salah satu warisan budaya dunia tersebut menjadi tempat wisata favorit bagi warga dalam mengisi libur panjang akhir pekan di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Harga nikel merangkak naik akibat aksi pemogokan buruh tambang di Kolombia. Dalam jangka pendek, harga nikel berpeluang melanjutkan reli.

Mengutip Bloomberg, Senin (27/4) pukul 12.20 WIB, harga nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) senilai US$ 13.395 per metrik ton atau naik 1,5% dibandingkan Jumat (24/4).

Sepekan terakhir, harga nikel tumbuh 5,4%. Harga nikel melaju setelah BHP Billiton Ltd menyebut kan, aktivitas tambang di Cerro Matoso, Kolombia berada di bawah kapasitas normal lantaran ada pemogokan pekerja. Pemogokan tersebut dikhawatirkan mengganggu sumber produksi feronikel terbesar kedua di dunia.

“Mungkin terjadi aksi jual saat harga reli. Tapi tidak diragukan lagi masalah di Cerro Matoso memiliki dampak terhadap harga nikel,” kata Daniel Hynes, Senior Strategi Komoditas Australia & New Zealand Banking Group Ltd.

Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan, aksi pemogokan buruh di tambang Cerro Matoso hanya mengerek harga nikel dalam jangka pendek.

Sedangkan fundamental utama penggerak harga nikel adalah indikator ekonomi. Salah satunya data ekonomi Amerika Serikat (AS) berupa klaim pengangguran mingguan sebesar 295.000. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 288.000. Lalu data pesanan barang tahan lama di luar sektor transportasi bulan Maret lalu turun 0,2%.

Angka tersebut lebih buruk dibandingkan estimasi sebesar 0,2%. “Negatifnya data ekonomi AS tersebut melemahkan indeks dollar dan memberikan sentimen positif bagi harga nikel,” ucap Ibrahim.

Kenaikan harga nikel tersebut juga ditopang oleh stimulus Tiongkok, yakni berupa pemangkasan giro wajib minimum (GWM) perbankan. Sementara, secara historis, permintaan nikel meningkat pada kuartal II setiap tahun.

Permintaan itu berasal dari tender proyek-proyek pemerintah. Namun, nasib harga nikel ke depan juga bergantung data ekonomi yang diumumkan AS dan China. Kedua negara adidaya tersebut merupakan pengguna nikel terbesar. Secara teknikal, Ibrahim menjelaskan, bollinger band dan moving average berada 30% di atas bollinger tengah.

MACD dan RSI berada 60% di area positif. Stochastic berada 60% di area positif. Artinya, harga nikel jangka pendek berpeluang reli. Ibrahim memprediksi, harga nikel Selasa (28/4) berada di US$ 13.345 hingga 13.500 per metrik ton.  Dalam sepekan, harga terbentang di US$ 13.210 sampai US$ 13.520 per metrik ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×