Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga nikel merangkak naik akibat aksi pemogokan buruh tambang di Kolombia. Dalam jangka pendek, harga nikel masih berpeluang melanjutkan reli.
Mengutip Bloomberg, Senin (27/4) pukul 12.20, harga nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 13.395 per metrik ton. Harga naik 1,5% dibandingkan Jumat (24/4) akhir pekan lalu. Harga naik 5,4% dalam sepekan terakhir.
Nikel memperpanjang kenaikan dan harga di Shanghai melampaui batas perdagangan harian setelah BHP Billiton Ltd mengatakan bahwa aktivitas tambang di Cerro Matoso, Kolombia berada di bawah kapasitas lantaran adanya pemogokan.
Harga nikel naik sebanyak 2,1% di London setelah melompat paling dalam selama hampir enam bulan pada hari Jumat (24/4). BHP tengah berupaya mencari solusi atas sengketa perburuhan yang menyebabkan sepinya aktivitas pertambangan. Pemogokan dikhawatirkan mengganggu sumber produksi terbesar kedua ferro nikel di dunia. Harga menuju kemajuan bulanan setelah jatuh 18% pada Februari dan Maret.
“Mungkin ada aksi jual saat harga reli. Tapi tidak diragukan lagi masalah di Cerro Matoso memiliki dampak terhadap harga nikel,” kata Daniel Hynes, Senior strategi komoditas Australia & Selandia Baru Banking Group Ltd.
Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, aksi pemogokan buruh di tambang Cerro Matoso hanya mengerek harga nikel dalam jangka pendek. Fundamental utama penggerak harga nikel adalah data-data ekonomi yang dirilis pada akhir pekan lalu.
Kenaikan harga nikel dipicu oleh buruknya data ekonomi AS. Data tersebut antara lain klaim pengangguran mingguan AS pada akhir pekan lalu yang dirilis sebesar 295 ribu. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 288 ribu. Data ekonomi lainnya yang mendorong laju nikel adalah pesanan barang tahan lama di luar sektor transportasi (core durable goods order) bulan Maret sebesar minus 0,2%. Angka ini lebih buruk dari estimasi sebesar 0,2%.
“Negatifnya data ekonomi AS ini melemahkan indeks dollar, sehingga memberikan sentimen positing terhadap harga nikel,” ucap Ibrahim.
Selain data ekonomi, lanjut Ibrahim, stimulus China berupa pemangkasan giro wajib minimum (GWM) juga memberikan tenaga tambahan bagi harga nikel. Di sisi lain, secara historis, permintaan nikel pada awal kuartal II meningkat karena adanya tender untuk proyek pemerintahan. Dalam jangka pendek, harga nikel didominasi oleh sentimen positif. Namun nasib harga nikel ke depannya akan bergantung pada data ekonomi yang dirilis pada minggu ini, terutama data ekonomi AS dan China.
“Amerika Serikat dan China merupakan pengguna nikel terbesar. Oleh karena itu, baik buruknya data ekonomi kedua negara tersebut akan menjadi penentu nasib harga nikel,” imbuh Ibrahim.
Apabila rilis data AS dan China pada minggu ini sesuai dengan ekspektasi maka indeks dollar akan kembali menguat, sehingga nikel akan jatuh.
Secara teknikal, Ibrahim menjelaskan bahwa seluruh indikator menunjukkan dukungan bagi harga nikel. Bollinger band dan moving average berada 30% di atas bollinger tengah. Moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) berada 60% di area positif. Stochastic berada 60% di area positif. Artinya, harga nikel jangka pendek masih berpeluang reli.
Ibrahim memprediksi harga nikel Selasa (28/4) berada di level US$ 13.345-13.500 per metrik ton. Sementara harga nikel sepekan diperkirakan terbentang di kisaran US$ 13.210-US$ 13.520 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News