Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Nikel melonjak ke level tertinggi dalam hampir enam minggu, naik bersama dengan logam lainnya setelah The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga. Di samping itu, investor masih mempertimbangkan ancaman penutupan tambang nikel Filipina.
Mengutip Bloomberg, Kamis (22/9) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 1,6% ke level US$ 10.520 per metrik ton atau level tertinggi sejak 12 Agustus sebelum diperdagangkan di US$ 10.455 pada pukul 11.40 waktu Shanghai.
Kenaikan harga nikel berlangsung dalam lima hari beruntun. Logam yang digunakan dalam stainless steel ini juga menuju kenaikan mingguan ketiga dalam empat pekan.
Gubernur Janet Yellen menyatakan, kebijakan The Fed mempertahankan suku bunga bertujuan untuk memberi ekonomi lebih banyak ruang untuk bertumbuh. Sementara Filipina telah menutup lebih banyak tambang. Negara produsen bijih nikel terbesar itu kemungkinan akan menangguhkan pengiriman 10 atau lebih pemasok bijih nikel selain 10 lainnya yang sudah dihentikan dalam audit lingkungan.
"Sepertinya The Fed menjadi lebih dovish dan secara umum mendorong dollar AS lebih rendah dan harga komoditas yang lebih tinggi dalam jangka pendek," ujar Daniel Morgan, Analis UBS Group AG di Sydney, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (22/9).
"Tetapi secara keseluruhan jika The Fed tidak menaikkan suku bunga, maka akan menunjukkan jika ekonomi tidak kuat dan akhirnya juga akan berefek negatif," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
Harga nikel terdongkrak rencana Filipina
Harga nikel gerus peringkat ANTM
