kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Net sell asing membuat harga saham lima besar big cap jadi murah


Selasa, 10 Juli 2018 / 07:15 WIB
Net sell asing membuat harga saham lima besar big cap jadi murah


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melompat 1,97% ke level 5.807,36, Senin (9/7). Namun, derasnya aksi jual investor asing belakangan ini membuat IHSG masih mencatat penurunan 8,63% sejak awal tahun.

Sudah menjadi kebiasaan, saat pasar bergejolak, saham berkapitalisasi besar (big cap) paling rentan dilanda net sell. Tapi, itu justru membuat price earning ratio (PER) sejumlah big cap dengan net sell tertinggi menjadi terdiskon (lihat tabel).

Aksi jual bersih atawa net sell tertinggi terjadi pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), yakni mencapai Rp 11 triliun. Menyusul di tempat kedua dan ketiga, ada saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), masing-masing Rp 5,1 triliun dan Rp 4,9 triliun.

Sedang saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ada di tempat keempat dan kelima. Net sell keduanya masing-masing Rp 3,7 triliun dan Rp 3,2 triliun.

Sejatinya, mazhab investasi setiap orang berbeda. Demikian halnya dengan valuasi yang menjadi pertimbangan untuk kembali masuk ke portofolio saham. "PER di bawah 15 kali itu menarik," ujar analis Paramitra Alfa Sekuritas, William Siregar, Senin (9/7). Dia mempertimbangkan faktor yield surat utang negara tenor 10 tahun sebagai dasar perbandingan valuasinya.

Penggerak IHSG

Murahnya valuasi saham membuat investor kembali kepincut. Saham BMRI, BBNI, dan ASII menjadi penggerak (mover) indeks kemarin. Yang menarik, justru investor lokal yang memburu ketiganya. Hal ini terlihat justru dari net sell asing di BMRI dan BBNI, masing-masing sebesar Rp 78 miliar dan Rp 33,1 miliar.

Fundamental ketiganya masih positif, terlebih untuk BMRI dan BBNI. Keduanya masih dominan di industri perbankan lokal. Perputaran duit di Indonesia juga masih relatif besar.

Cuma memang, sektor perbankan tengah tertekan sentimen naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia. Belum lagi soal sentimen dari BI yang melarang bank nasional menaikkan bunga kredit. Itu juga perlu menjadi pertimbangan investasi.

Sebab, aturan tersebut bakal membuat net interest margin (NIM) perbankan tergerus. "Makanya untuk jangka pendek sedang tertekan," imbuh William.

Eka Savitri, analis Danareksa Sekuritas, menyatakan, aksi beli lanjutan masih layak dilakukan salah satunya untuk saham BBNI. "Kinerja BBNI lima bulan pertama tahun ini sesuai dengan prediksi, bahkan dalam fase pertumbuhan yang lebih cepat," ujar dia, dalam riset 27 Juni.

Dia memberi target harga saham BBNI di Rp 10.400 per saham. Kemarin, harga saham BBNI naik 3,6% ke Rp 3.200 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×