kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Suku bunga naik, kapitalisasi pasar berbankan turun


Senin, 02 Juli 2018 / 22:18 WIB
Suku bunga naik, kapitalisasi pasar berbankan turun
ILUSTRASI. Nasabah Bertransaksi di Kantor Cabang BNI


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam waktu sebulan, kapitalisasi pasar atau market cap PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merosot hingga 17%. Bahkan, secara year to date (ytd) penurunannya sudah mencapai 28,79%.

Berdasarkan data Bloomberg, kapitalisasi pasar BBNI yang semula Rp 158,05 triliun pada 31 Mei 2018, harus turun sebanyak Rp 26,58 triliun menjadi Rp 131,47 triliun pada 29 Juni 2018. Tak turun sendiri, market cap PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga turun 8% secara month to month (mtm).

Selama ytd, penurunan BBNI jadi yang paling dalam dibandingkan 10 saham dengan market cap lain. BBNI mencatatkan penurunan paling dalam hingga 28,79% selama ytd, dari Rp 184,62 triliun menjadi Rp 131, 47 triliun. Sedangkan BBRI, penurunannya jadi yang terdalam ketiga dari 10 emiten yang memiliki market cap terbesar sepanjang 2018. Penurunannya, mencapai 21,98% dari Rp 448,98 triliun, menjadi Rp 350,30 triliun ytd.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengungkapkan, kedua saham perbankan tersebut tidak memiliki masalah dari sisi valuasi fundamental. Bahkan, pertumbuhan kredit kedua emiten tersebut masih tumbuh. "Cuma memang ada ketakutan dari market, saat suku bunga acuak Bank Indonesia (BI) naik. Risikonya ada dua," kata Achmad kepada Kontan, Senin (2/7).

Risiko pertama, jika perbankan tidak menaikkan lending rate, maka emiten akan tertekan. Sementara, jika dinaikkan bakal menyebabkan penyaluran kredit mereka akan tergaggu, "Artinya, loan growth akan jelek," jelasnya.

Menurutnya, masalah tersebut tidak hanya terjadi pada BBRI dan BBNI, tapi juga seluruh emiten sektor perbankan. Meskipun, Achmad menilai, dari sisi margin, BRI merupakan yang tertinggi karena menyasar pada kredit usaha kecil dan menengah (UKM).

Namun, berbeda dengan BNI yang lebih banyak menyalurkan pinjaman atau kreditnya ke korporasi dan keperluan infrastruktur. "Jadi, kemungkinan orang akan lebih antisipasi duluan (ke BBNI), kalau nantinya pertumbuhan kreditnya enggak bagus," ungkap Yaki.

Kredit BBNI lebih banyak mengalir ke infrastruktur dan konstruksi. Dengan kondisi saat ini, ada potensi pembayaran kredit mengalami kemunduran. "Jadi, BBNI ini berbeda nasibnya dengan kredit dari BBRI ataupun BMRI," ujarnya.

Hingga akhir tahun, target harga BBNI diperkirakan berada pada kisaran Rp 7.300 hingga Rp 7.500. Investor pun diperkenankan untuk mulai masuk ke saham BBNI dari sekarang, selama tujuannya untuk investasi. "Tapi kalau mau trading, lebih baik pilih BMRI, BBRI dan BBCA," tandasnya.

Hari ini, harga saham BBNI stagnan di level Rp 7.050 per saham. Sedangkan saham BBRI menguat 0,35% ke Rp 2.850 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×