Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik geopolitik yang tengah memanas antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran berpotensi menekan pergerakan nilai tukar rupiah di awal 2020. Hal ini membuat, pelaku pasar cenderung lebih melirik mata uang lindung nilai atau safe haven di 2020.
Mengutip Bloomberg, hingga pukul 16:54 WIB pergerakan rupiah pada Selasa (7/1) masih menguat 0,47% di level Rp 13.878 per dollar AS. Sebagaimana diketahui, sejak akhir 2019 pergerakan rupiah stabil di bawah level psikologis Rp 14.000 per dollar AS.
Baca Juga: Lelang SUN sukses, rupiah perkasa dihadapan dolar AS
Presiden Commissioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengungkapkan, jika hubungan AS dan Iran memanas dan terus berlanjut hingga terjadi perang, tentunya akan berdampak bagi kondisi pasar global. Kondisi tersebut berpotensi membuat pasar saham anjlok.
"Para investor akan lari ke instrumen safe haven seperti USD dan emas. Saat itu terjadi, otomatis rupiah kita akan melemah dan USD menguat," ujar Sutopo kepada Kontan, Selasa (7/1).
Untuk jangka pendek, Sutopo memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 13.800 per dollar AS hingga Rp 14.100 per dollar AS. Sedangkan untuk jangka panjang, mata uang garuda diyakini masih bisa menguat ke Rp 13.500 per dollar AS dengan fundamental Indonesia yang cukup bagus.
Potensi melemah juga terbuka di level Rp 14.300 per dollar AS jika muncul sentimen negatif global atau eksternal yang mempengaruhi.
Baca Juga: Rupiah berbalik menguat ke Rp 13.878 per dolar AS
Adapun sentimen yang masih menjadi sorotan utama penggerak rupiah di tahun ini, di antaranya terkait kondisi pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang diprediksikan berada di kisaran 5,1%. Selain itu, tingkat inflasi juga diperkirakan bakal terkendali dan stabil di kisaran 3,2%.