Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
Sentimen lainnya yang menjadi perhatian, yakni terkait adanya ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuannya di tahun ini. Sedangkan sentimen lainnya masih berasal dari faktor geopolitik dan eksternal.
"Jika faktor di atas sesuai prediksi, maka pergerakan rupiah kita akan terus menguat,"ungkapnya.
Sebaliknya, rupiah berpotensi tertekan karena beberapa faktor eksternal seperti memanasnya situasi AS dengan Iran. Menurutnya, lama atau tidaknya sentimen perang AS dan Iran bergantung pada sikap Iran apakah akan membalas serangan AS atau tidak. Sutopo menegaskan, bahwa perang baru akan terjadi jika Iran membalas serangan AS.
Baca Juga: Rupiah bertahan menguat 0,33% ke Rp 13.898 per dolar AS hingga siang ini
Selanjutnya, sentimen seperti perkembangan Perang Dagang AS-China yang masih akan berlanjut, serta pemilu AS di akhir tahun dan faktor lainnya dari Eropa juga masih menjadi perhatian pasar. Prediksinya, di tahun ini sentimen perang dagang masih akan tetap hangat diperhatikan.
Di sisi lain, fundamental Indonesia saat ini positif dibandingkan mata uang lainnya, dan membuat prospek rupiah masih cukup baik. Hanya saja, ketika market mengalami gejolak, investor cenderung memilih untuk memegang mata sang safe heaven seperti USD dan JPY.
"Rekomendasi saat ini, USD dan yen Jepang (JPY) yang boleh dikoleksi dari sekarang, karena harganya cukup stabil dan aman. Untuk komoditi seperti emas dan minyak sendiri sudah dikoleksi sejak akhir 2019," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News