Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak ke depan bakan merespon hasil pertemuan Amerika Serikat (AS)-China dan sikap Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Jumat (28/6) pukul 16.48 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2019 di New York Mercantile Exchange di level US$ 59,31 per barel, terkoreksi 0,20% dari harga kemarin yakni US$ 59,43 per barel.
Secara year to date harga minyak terpantau naik 30,87%. Namun, pencapaian kuartal II menunjukkan koreksi 1,38%.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan pada kuartal III-2019 nasib harga minyak bakal ditentukan oleh OPEC. Sepanjang semester I-2019 OPEC dan non-OPEC berhasil menjalankan program pemangkasan produksi minyak sebanyak 1,2 juta barel per hari.
Sementara, sampai akhir tahun ini negara-negara eksportir minyak itu belum memutuskan akan melanjutkan program. Nah, tanggal 1 Juli-2 Juli nanti OPEC dan non-OPEC dijadwalkan bertemu.
Faisyal berpendapat mereka bakal lanjut memangkas produksi minyak. Sebab, langkah tersebut sudah terbukti dapat menstabilkan harga minyak sepanjang paruh pertama tahun ini.
Selanjutnya, dalam waktu dekat harga komoditas energi ini di tangan AS-China. Kedua negara Adi Daya ini berencana bertemu pada akhir pekan ini dalam forum KTT G20 di Osaka, Jepang.
Menurut Faisyal sinyal positif cenderung mewarnai kesepakatan dagang AS-China. Bila belum damai diprediksi China bakal melonggar. Karena selama ini ekonomi China melorot akibat genjatan dagang. Maklum China merupakan eksportir terbesar minyak.
“Ketika ekonomi negeri Panda melemah, harga minyak bakal ikut koreksi,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (28/6).
Yang menjadi sorotan saat ini terkait Rusia apakah akan melanjutkan program pemangkasan. Sebab, beberapa kali Rusia berencana keluar, tapi sempat pula melunak.
Faisyal menambahkan sepanjang tahun ini konflik geopolitik pun mempengaruhi harga minyak. Sebelumnya AS-Venezuela berseteru. Baru-baru ini AS berseteru dengan Iran. “Geopolitik panas, buat harga minyak naik,” tutur Faisyal.
Secara analisis teknikal, Faisyal memprediksi harga minyak masih bullish. Di mana indikator moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200 bergerak di area positif. Begitu pula dengan stochastic, retalive strength index (RSI), dan moving average converganve divergance (MACD) yang bergerak naik.
Sepekan ke depan Faisyal memprediksi harga minyak berada di rentang US$ 60-US$ 63 per barel. Sementara sampai dengan kuartal III harga minyak diperkirakan ada di kisaran harga US$ 60-US$ 66 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News