Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley Capital International (MSCI) telah mengumumkan hasil rebalancing alias kocok ulang indeks periode Februari 2025. Dalam pengumuman yang dirilis Selasa (11/2), tidak ada satu pun saham dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masuk ke MSCI Global Standard Indexes.
MSCI justru mencoret tiga saham dari klasifikasi indeks tersebut. Ketiga saham yang tergusur dari MSCI Global Standard Indexes adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Pada katergori MSCI Global Small Cap Indexes, saham yang keluar lebih banyak ketimbang saham yang masuk. MSCI menambahkan tiga saham ke dalam Global Small Cap Indexes, yakni INKP dan MDKA serta PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO).
Sementara itu, ada empat saham yang keluar dari MSCI Small Cap Indexes List. Yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk (BJBR), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Baca Juga: Menimbang Kocok Ulang Indeks MSCI dan Daya Tarik Pasar Saham Indonesia
Perubahan konstituen indeks MSCI ini akan berlaku pada penutupan perdagangan 28 Februari 2024, atau efektif pada 3 Maret 2025. Jadwal kocok ulang berikutnya akan diumumkan pada 13 Mei 2025, untuk berlaku efektif pada 2 Juni 2025.
Hal lain yang menjadi perhatian pasar dari peninjauan indeks Februari 2025 adalah langkah MSCI yang tidak menambahkan tiga saham milik taipan Prajogo Pangestu ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index.
Ketiga saham itu adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Petreosea Tbk (PTRO).
Keputusan ini mempertimbangkan analisis dan umpan balik dari para pelaku pasar, yang menyoroti potensi kekhawatiran konsentrasi kepemilikan saham. MSCI menyambut masukan dari pelaku pasar dan investor mengenai kelayakan investasi ketiga saham tersebut paling lambat 31 Maret 2025.
MSCI kemudian akan memberikan kejelasan mengenai perlakuan terhadap ketiga saham tersebut untuk review indeks periode Mei 2025, paling lambat 11 April 2025.
Sebelumnya, MSCI telah mengumumkan BREN, CUAN dan PTRO tidak akan masuk ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index pada pekan lalu.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menyoroti tidak adanya satu pun saham yang masuk MSCI Global Standard Indexes cukup menunjukkan pandangan investor asing terhadap pasar saham Indonesia saat ini. Tiga saham yang tergusur menyiratkan kecenderungan investor global belum kembali melirik pasar Indonesia.
Aliran dana keluar (capital outflow) pun kemungkinan akan berlanjut.
Baca Juga: Selektif Memilih Saham Blue Chip, Simak Rekomendasi Analis Berikut Ini
"Saham-saham yang keluar berpotensi lebih sulit mendapatkan inflow dari investor asing, karena MSCI menjadi salah satu acuan mereka," kata Ekky kepada Kontan.co.id, Rabu (12/2).
Junior Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya menambahkan, sebelumnya muncul rumor dan spekulasi bahwa BREN, CUAN dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) akan masuk ke dalam MSCI Global Standard Indexes. Namun, rumor tersebut meleset.
Meski ketiga saham tersebut mengalami kenaikan signifikan, tapi ada faktor lain yang membuatnya belum memenuhi kriteria MSCI. Arinda menyoroti sejumlah kriteria MSCI seperti kapitalisasi pasar yang dapat diperdagangkan (free float-adjusted market capitalization), tingkat likuiditas, serta kepemilikan investor asing.
Sedangkan penghapusan INKP, MDKA, dan UNVR dari MSCI Global Standard Index sesuai dengan perkiraan analis.
"Dalam beberapa waktu terakhir kinerja saham-saham ini memang mengalami tekanan atau kapitalisasi pasarnya melemah," kata Arinda.
Direktur Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus melihat saham yang keluar dari indeks kemungkinan lebih disebabkan oleh rata-rata transaksi harian yang tidak cukup besar untuk memenuhi persyaratan MSCI. Daniel pun mengingatkan untuk mewaspadai potensi tekanan jual pada saham yang keluar indeks mendekati hari rebalancing.
Secara momentum, Daniel menyarankan untuk melirik kembali saham yang keluar indeks sesudah rebalancing terjadi. Namun, mempertimbangkan tekanan yang masih membayangi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Daniel lebih menyarankan untuk wait and see terlebih dulu.
Community Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus sepakat untuk terlebih dulu wait and see, terutama pada saham yang keluar indeks. Sebelum mengambil posisi, investor mesti mencermati respons dan perkembangan pasar.
"Kondisi pasar masih belum kondusif," kata Angga.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG untuk Hari Ini (13/2)
Praktisi Pasar Modal Raden Bagus Bima mengamati rebalancing kali ini lebih terfokus pada saham-saham eksisting yang sudah di dalam indeks. Pasar pun merespons positif saham yang masuk ke dalam indeks, tercermin dari laju harga saham CLEO pasca pengumuman.
Sedangkan untuk saham yang keluar indeks, Bima memperkirakan pada bulan Maret dan setelahnya akan mengalami pengurangan likuiditas dan volatilitas. Hal itu sejalan dengan berkurangnya faktor keterlibatan investor asing.
Saran Bima, cermati saham-saham yang tergusur atau mengalami pengurangan bobot dari indeks MSCI. Koreksi harga bisa menjadi peluang untuk memulai koleksi. "Kemungkinan saat rebalancing akhir bulan nanti bisa mandapat harga terbaik, dan memanfaatkan peluang rebound untuk jangka pendek," kata Bima.
Sementara itu, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengingatkan bahwa respons pasar bervariasi terhadap pengumuman rebalancing indeks MSCI. Bahkan, saham yang keluar indeks pun ada yang mengalami penguatan.
Respons pasar paling tampak ada pada lonjakan harga CLEO. Sebagai rekomendasi, pelaku pasar bisa mempertimbangkan trading buy saham MDKA yang secara teknikal sudah mulai menarik.
Sukarno menyarankan untuk memperhatikan support Rp 1.430 pada saham MDKA, dengan target harga di Rp 1.600 per saham. Sedangkan pelaku pasar bisa mempertimbangkan trading sell untuk saham UNVR dan INKP yang tren harganya masih melandai.
Arinda turut menyarankan buy pada saham MDKA. Selain itu, saham CLEO juga menarik dikoleksi dengan target harga di level Rp 1.550 per saham.
Selanjutnya: IHSG Oversold, Cek Rekomendasi Analis untuk Saham Blue Chip Ini
Menarik Dibaca: Promo KFC Crazy Deal Super Hemat 7 Ayam Hanya Rp 90.000, Berlaku Hari Kamis Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News