kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Moody's beri outlook negatif, begini pendapat analis untuk saham sektor perbankan


Kamis, 12 Desember 2019 / 04:50 WIB
Moody's beri outlook negatif, begini pendapat analis untuk saham sektor perbankan


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's Investor Service memberikan outlook negatif untuk industri perbankan di wilayah Asia Pasifik selama 12 bulan ke depan. Moody's menilai, perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dapat melemahkan ekonomi dan aktivitas perdagangan di regional tersebut. 

Vice President and Senior Credit Officer Moody's Eugene Tarzimanov mengatakan, pelemahan ekonomi dan aktivitas perdagangan ini dapat meningkatkan jumlah pinjaman bermasalah. "Sementara itu, profitabilitas bank akan turun karena mereka menaikkan provisi kredit sementara bank sentral memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," ucap dia dalam laporan tanggal 9 Desember 2019. 

Baca Juga: Ada saham yang anjlok lebih dari 90% sejak awal tahun, ini penyebabnya

Meskipun begitu, Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma berpendapat, peningkatan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) karena pelemahan ekonomi adalah hal yang wajar. Terlebih lagi, NPL industri perbankan dalam negeri yang saat ini masih di bawah 3% masih tergolong cukup bagus. 

Justru, menurut dia, yang menjadi masalah utama industri perbankan dalam negeri saat ini dan ke depannya bukanlah peningkatan NPL, melainkan likuiditas yang sudah cukup ketat. "LDR (loan to deposit ratio) perbankan rata-rata sudah 94%. Jadi susah menyalurkan kredit. Apalagi, LDR Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III sudah di atas 100%," ungkap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (11/12).

Masalah lainnya adalah kredit perbankan belakangan ini tidak banyak disalurkan ke sektor-sektor bisnis utama Indonesia, seperti perdagangan, perkebunan, dan industri pengolahan. Kredit perbankan lebih banyak diperuntukkan ke sektor konstruksi dan infrastruktur. 

Hal ini menjadi masalah karena hanya bank-bank dengan modal yang kuat yang bisa menyalurkan kredit ke dua sektor tersebut. Dengan begitu, penyaluran kredit secara industri turut melambat. 

Baca Juga: Melemah tipis 0,06% pada Rabu (11/12), begini prediksi IHSG untuk Kamis (12/12)

Ditambah lagi, industri perbankan belakangan ini agak sulit dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK) karena pemerintah gencar menerbitkan obligasi negara. "Itu jadi pesaing perbankan dalam mengumpulkan DPK," kata dia. 

Bernada serupa, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, potensi kenaikan NPL  memang sejalan dengan perlambatan ekonomi. Akan tetapi, inflasi yang masih rendah rendah dan adanya ekspektasi penurunan suku bunga masih akan membawa pengaruh positif pada kinerja perbankan. 




TERBARU

[X]
×