Sumber: Antara,AFP | Editor: Yudho Winarto
NEW YORK. Harga minyak melesat ke tingkat tertinggi tahun ini pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data menunjukkan penurunan pasokan minyak mentah AS yang meningkatkan ekspektasi pengetatan pasar global.
Kontrak berjangka minyak utama naik dalam jarak luar biasa dari US$ 50 per barel. Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 94 sen menjadi berakhir di US$ 49,56 per barel di New York Mercantile Exchange.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk Juli, patokan Eropa, menetap pada US$ 49,74 per barel, naik US$ 1,13 dari penutupan Selasa.
Dalam laporan mingguannya, Departemen Energi AS mengatakan bahwa persediaan minyak mentah komersial AS turun 4,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 20 Mei, tetapi masih di tingkat tertinggi secara historis pada 537,1 juta barel.
"Kami memiliki pengurangan yang lumayan dalam jumlah minyak mentah utama, yang benar-benar membawa kami melalui reli hari ini," kata Matt Smith dari ClipperData.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS menurun 24.000 barel menjadi 8,767 juta barel per hari pada pekan lalu.
"Ketika Anda melihat persediaan, orang mulai menyadari permintaan terus menjadi kuat dan produksi mulai surut, dan itu akan membuat pasar kembali dalam keseimbangan," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
Pasar minyak dunia merosot dari di atas US$ 100 dolar AS per barel dua tahun lalu menjadi sekitar US$ 27 per barel pada awal 2016, diganggu oleh bertahannya kelebihan pasokan global.
Minyak telah kembali menguat atau "rebounded", dibantu oleh kebakaran hutan berminggu-minggu di Kanada yang telah menahan produksi minyak dan kerusuhan yang mempengaruhi infrastruktur energi di Nigeria, eksportir minyak terbesar di Afrika.
Analis Commerzbank Carsten Fritsch mengatakan baru-baru ini, "rebound" harga membuat biaya minyak serpih atau "shale oil" Amerika Utara menarik lagi, "yang bisa meredam penurunan produksi dalam beberapa bulan mendatang".
"Terlebih lagi, produksi minyak secara bertahap pulih kembali di daerah-daerah dari Kanada yang dilanda kebakaran hutan," katanya dalam sebuah catatan penelitian. "Oleh karena itu kami tidak memperkirakan untuk melihat harga tetap berada di atas US$ 50 per barel untuk waktu yang lama," tambahnya.
Pelemahan dollar AS terhadap mata uang lainnya juga memberikan beberapa dukungan terhadap kenaikan harga minyak, karena membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dollar lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Indeks dollar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,20% menjadi 95,378 pada akhir perdagangan di New York, Rabu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News