CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Minyak bergerak naik ke level US$ 52 sebarel


Senin, 19 Desember 2016 / 19:01 WIB
Minyak bergerak naik ke level US$ 52 sebarel


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Meski sempat terkoreksi pasca keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan suku bunga acuan, kini harga minyak mentah mulai bergerak naik.

Pernyataan positif dari sejumlah negara penghasil minyak yang menegaskan komitmen pemangkasan produksi rupanya membuat pasar cukup optimistis rencana pengurangan akan terwujud mulai tahun depan.

Mengutip Bloomberg, Senin (19/12) pukul 14.34 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari tumbuh 0,62% ke level US$ 52,22 per barel. Bahkan di tengah perdagangan harga sempat melampaui level tertingginya di hari Selasa (13/12) yaitu di harga US$ 53,36 per barel. Namun dibandingkan sepekan sebelumnya harga mengalami pelemahan 1,15%.

Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures melihat penguatan ini terjadi karena pasar mulai mengantisipasi pengurangan produksi yang akan dilakukan oleh negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan non OPEC.

Meski secara teknis pengurangan baru akan dilakukan mulai Januari 2017 tetapi ekspektasi pasar cukup tinggi terhadap rencana tersebut. “Kuwait sudah menginformasikan ke pembelinya kalau tahun depan mereka akan memangkas produksi,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (19/12).

Ditambah lagi Menteri Energi Rusia, Alexander Novak pada hari Jumat (16/12) mengatakan bahwa semua perusahaan minyak Rusia telah sepakat untuk mengurangi produksi di bawah kesepakatan Moskow dengan para anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries. Negara non OPEC itu berencana untuk mengurangi produksi minyak hingga 300.000 barrel.

Namun meski cukup banyak sentimen positif yang bisa memperkuat harga minyak, tetapi penguatan tersebut diperkirakan tidak akan berlangsung lama. Data rig minyak AS yang berproduksi per 16 Desember justru tercatat bertambah 12 buah menjadi 510 buah.

Akibatnya produksi minyak AS pun turut bertambah menjadi 8,8 juta barel per hari pada pertengahan bulan Desember. Ini merupakan jumlah tertinggi sejak bulan Januari lalu.

Selain itu penguatan yang terjadi kemarin (19/12) juga didorong dari pelemahan indeks dollar AS yang turun sekitar 0,23%. Indeks dollar biasanya memang akan mengalami koreksi setelah mencapai level tertingginya.

Menurut Faisyal koreksi semacam itu tidak akan berlangsung lama karena the greenback masih didukung oleh keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga. “Kalau sudah sampai level seperti ini kemungkinan pergerakannya akan konstan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×