Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga minyak menuju penurunan mingguan setelah Libya siap meningkatkan pasokan minyak. Kebijakan Libya berseberangan dengan OPEC dan produsen lain yang menyepakati pembatasan produksi. Tekanan harga minyak juga datang dari penguatan dollar AS akibat kenaikan suku bunga The Fed.
Mengutip Bloomberg, Jumat (16/12) pukul 13.54 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2017 di New York Mercantile Exchange menguat 0,3% ke level US$ 51,06 per barel dibanding sehari sebelumnya. Tetapi dalam sepekan terakhir harga minyak tergerus 0,85%.
Libya membuka kembali salah satu tambang minyak terbesarnya. Negara tersebut juga sedang mempersiapkan pengiriman minyak pertama dalam dua tahun dari pengkalan ekspor terbesar, Es Sider. Sementara nilai tukar dollar AS menuju kenaikan terbesar dalam hampir satu bulan terhadap mata uang utama. Hal ini membuat harga komoditas menjadi kurang menarik bagi investor.
"Pasar mencermati kemungkinan kenaiakn produksi dari beberapa negara seperti Libya dan menguatnya nilai tukar dollar AS," ujar Hong Sung Ki, Analis Komoditas berbasis Seoul, Samsung Futures Inc., seperti dikutip Bloomberg, Jumat (16/12). "Penguatan dollar AS membuat harga komoditas energi sulit meningkat," imbuhnya.
Harga minyak diperdagangkan mendekati level US$ 50 per barel sejak OPEC menyetujui pembatasan produksi pada tanggal 30 November lalu. Kesepakatan pembatasan produksi pada tingkat lebih luas terjadi di Wina pekan lalu yakni antara OPEC dan 11 produsen non OPEC termasuk Rusia yang menguasai 60% minyak mentah dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News