Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meski sempat rebound, harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) kembali tergelincir di bawah level US$ 51 per barel.
Mengutip Bloomberg, Jumat (16/12) pukul 15.22 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2017 di New York Mercantile Exchange merangkak tipis 0,08% di level US$ 50,94 per barel dibanding hari sebelumnya.
“Sekarang pasar sedang mengantisipasi dan menganalisa apa ada kemungkinan kenaikan produksi dari Libya dan tentunya mewaspadai penguatan dollar AS,” tutur Hong Sung Ki, Seoul based commodities analyst, Samsung Futures Inc seperti dikutip dari Bloomberg. Dengan kejatuhan yang membawa harga kembali ke level US$ 50 per barel, maka wajar terjadi rebound sementara untuk penyesuaian posisi.
Memang sebelumnya diketahui, Libya akan kembali membuka tambang dan pelabuhan terbesarnya pasca dua tahun berhenti beroperasi. Sedangkan USD terus berjaya di atas level 100, setelah The Fed menjaga peluang kenaikan suku bunga menjadi tiga kali lagi di 2017 mendatang.
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, sebab, tambang El Feel di Libya sudah memulai aktivitas produksinya untuk pertama kali di kompleks Melitah pada Kamis (15/12) kemarin. Dugaannya dalam sepekan ini produksi bisa mencapai 75.000 barel.
Sementara, tambang Sharara yang merupakan tambang minyak terbesar Libya akan mulai produksi pada Rabu (21/12) mendatang. Tentunya itu bisa semakin menambah pasokan dari Libya yang selama ini tertahan. Apabila hal tersebut benar terjadi, maka koreksi harga minyak WTI bisa terus berlanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News