kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak anjlok lebih dari 3%, terseret kekhawatiran permintaan dan lonjakan produksi


Selasa, 03 Agustus 2021 / 06:15 WIB
Minyak anjlok lebih dari 3%, terseret kekhawatiran permintaan dan lonjakan produksi
ILUSTRASI. Harga minyak anjlok di awal pekan


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup anjlok lebih dari 3% pada perdagangan di awal pekan setelah data ekonomi yang lemah dari China dan Amerika Serikat. Di sisi lain, produksi minyak mentah yang lebih tinggi dari OPEC memicu kekhawatiran melemahnya permintaan minyak dan kelebihan pasokan.

Senin (2/8), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 ditutup melemah US$ 2,52 atau 3,3% ke level US$ 72,89 per barel. 

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2021 ditutup anjlok US$ 2,69 atau 3,6% menjadi US$ 71,26 per barel.

"Energi berjangka masih memperlihatkan kekhawatiran atas tingkat konsumsi yang melambat karena kasus virus corona kembali meningkat di beberapa wilayah di AS serta beberapa negara di luar negeri," kata Jim Ritterbusch, President Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.

Sementara itu, pertumbuhan aktivitas pabrik China merosot tajam pada bulan Juli 2021 karena permintaan kontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, sebuah survei menunjukkan pada hari Senin.

Hasil yang lebih lemah dalam survei swasta, sebagian besar mencakup produsen kecil dan berorientasi ekspor, secara luas selaras dengan survei resmi yang dirilis pada hari Sabtu (31/7).

Baca Juga: Harga minyak melemah pada pagi ini, terseret kekhawatiran ekonomi China

"China telah memimpin pemulihan ekonomi di Asia dan jika kemunduran semakin dalam, kekhawatiran akan tumbuh bahwa prospek global akan mengalami penurunan yang signifikan," kata Edward Moya, Senior Analyst OANDA.

Aktivitas manufaktur AS juga menunjukkan tanda-tanda melambat. Laju pertumbuhan melambat untuk bulan kedua berturut-turut karena pengeluaran berputar kembali ke layanan dari barang dan kekurangan bahan baku tetap ada, menurut data dari Institute for Supply Management (ISM).

Indeks aktivitas pabrik nasional ISM turun ke posisi 59,5 pada bulan lalu. Ini jadi angka terendah sejak Januari 2021, atau turun dari level di bulan Juni 2021 di 60,6. 

Juga membebani harga, survei Reuters menemukan bahwa produksi minyak dari OPEC naik pada Juli ke level tertinggi sejak April 2020.

AS memang berencana tidak akan melakukan mengunci lagi untuk mengekang penyebaran Covid-19, tetapi "segalanya akan menjadi lebih buruk" karena varian Delta memicu lonjakan kasus, sebagian besar terjadi di antara masyarakat yang tidak divaksinasi, jelas kepala penasihat medis Presiden Joe Biden Anthony Fauci pada hari Minggu (1/8).

Masalah lain juga datang setelah AS dan Inggris, pada hari Minggu mengatakan, mereka percaya bahwa Iran melakukan serangan pada hari Kamis terhadap sebuah kapal tanker produk minyak yang dikelola Israel. Hal tersebut menewaskan seorang warga Inggris dan seorang Rumania.

Selanjutnya: Wall Street loyo, S&P 500 dan Dow Jones koreksi di tengah lonjakan virus corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×