kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski jadi saham laggard, saham-saham blue chips ini masih jadi pilihan analis


Selasa, 01 Juni 2021 / 18:29 WIB
Meski jadi saham laggard, saham-saham blue chips ini masih jadi pilihan analis
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/5/2021). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun tipis 0,80% ke level  5.947,46 sepanjang bulan Mei 2021. Asal tahu saja, pada penutupan di bulan April 2021, IHSG berada di level 5.995,616. 

Penurunan itu tidak terlepas dari saham-saham blue chips yang menjadi pemberat atau laggard di bulan Mei 2021. "Saya rasa hal itu disebabkan sentimen eksternal yang membebani pergerakan IHSG secara keseluruhan dan meningkatkan risk pasar equity kita," ujar  Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha kepada Kontan.co.id, Senin (31/5). 

Hal tersebut, lanjutnya, mengurangi minat investasi investor asing  ke emerging market. Sehingga, investor akhirnya melepas saham yang dimiliki, terutama saham-saham blue chips. 

Baca Juga: Menjadi pemberat IHSG di bulan Mei 2021, saham-saham ini masih menarik dicermati

Selain itu, saham blue chips cenderung menjadi saham laggard karena rebalancing indeks MSCI Indonesia yang baru-baru ini mulai aktif dengan komposisi baru. Perubahan tersebut mendorong fund manager besar merubah bobot dan komposisi. 

Sekadar informasi, mengutip catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), beberapa saham yang tercatat sebagai saham laggard sepanjang bulai Mei 2021 adalah TPIA, BRIS, ASII, BRPT, BMRI, POLL, SMMA, ICBP, dan HMSP. 

Kendati menjadi pemberat IHSG, Dustin mengungkapkan saham-saham tersebut sebenarnya masih menarik. Ia mencermati, saham-saham perbankan memiliki potensi rebound yang baik ke depan. 

"Kalau kita lihat data M2 money supply di minggu kemarin, terdapat data perkembangan kredit yang masih menunjukkan tanda-tanda perbaikan terutama dari sektor kredit konsumsi dan di dalamnya terdapat KPR yang tumbuh positif sebesar 5.5% year on year," jelasnya. 

Capaian tersebut lebih memuaskan dibandingkan bulan lalu, baik secara tahunan (year on year) maupun bulanan (month on month). 

Baca Juga: Ada rilis data tingkat inflasi, IHSG diperkirakan melanjutkan penguatan Rabu (2/6)

Selain sektor perbankan, Dustin menilai sektor infrastruktur terutama subsektor menara telekomunikasi juga atarktif. Apalagi melihat rencana pemerintah untuk mengembangkan jaringan 5G di Indonesia. 

Secara teknikal, Dustin memang melihat banyak saham masih bergerak dalam fase bearish saat ini. Akan tetapi, pelaku pasar dapat manfaatkan technical rebound pada sektor-sektor yang menarik tadi dengan strategi trading jangka pendek. 

Dustin pun menyarankan pelaku pasar untuk memperhatikan perkembangan indikator ekonomi global, terutama Amerika Serikat (AS). Data terakhir menunjukkan, tekanan inflasi yang terjadi dapat bersifat sementara. 

Ia pun masih merekomendasikan beberapa saham laggard di bulan Mei 2021 seperti ASII. Secara teknikal ASII menarik untuk diperhatikan karena level support di 5.025 belum tertembus dan cenderung membentuk pola double bottom. Ini dapat diartikan sebagai pola pembalikan arah ditambah lagi dengan proyeksi penjualan mobil yang akan terdongkrak oleh adanya relaksasi PPnBM di tahun ini. 

 

Ia juga mencermati pergerakan teknikal BRPT yang mengalami pembalikan arah di area support 850. Sahamnya dapat diperhatikan apabila BRPT dapat membentuk resistance tertinggi setelah level 1.035.

Sementara itu, TBIG juga menarik melihat tren pergerakan harga yang saat ini masih berada dalam fase bullish. Ditambah lagi, TBIG sudah menyelesaikan aksi korporasi akuisisi 3.000 menara.

Penyisihan capital expenditure (capex) tahun ini yang sebesar Rp 2 triliun untuk menambah menara dan pengembangan jaringan 5G juga menjadi suatu langkah yang baik. Meningkat adanya rencana pemerintah mengembangkan infrastruktur jaringan 5G.

Baca Juga: Supply-demand diprediksi terganggu akibat lockdown, begini prospek saham komoditas

Selain saham-saham laggard yang berpotensi mengalami rebound itu, Dustin menilai EMTK dan TLKM juga layak dicermati. EMTK menarik  karena kemampuan emiten dalam mencetak laba bersih di kuartal I 2021 setelah di tahun sebelumnya menanggung rugi bersih. Ditambah lagi, suntikan modal dari Grab memberikan kekuatan bagi EMTK untuk mengembangkan peluang bisnis baru di sektor digital. 

Sementara untuk TLKM, sahamnya menarik mempertimbangkan pertumbuhan konsumsi data di momen hari raya lebaran yang dapat mendongkrak kinerja keuangan perseroan. 

Ia pun merekomendasikan buy EMTK dan TLKM. Secara teknikal EMTK masih bergerak di fase bullish, adapun TLKM terlihat bergerak berbalik arah di level support 3.140. Target harga EMTK berada di Rp 2.680 per saham, sementara target harga TLKM berada di Rp 3.640 per saham. 

Baca Juga: Begini prospek saham komoditas saat Malaysia, India dan Australia lockdown

Dustin juga mencermati saham ERAA karena  penjualannya yang mampu meningkat 39% di kuartal I tahun 2021, dengan laba bersih bertumbuh 186%. "Hal tersebut menunjukan walaupun kondisi ekonomi saat ini cenderung tertekan, sebenarnya masyarakat masih memiliki daya beli yang kuat," imbuhnya. 

Kebutuhan gadget selama pembatasan kegiatan kerja dan sekolah semakin memicu kenaikan penjualan bagi ERAA. Dari segi teknikal, ERAA masih bergerak dalam fase bullish, dengan target harga pertama di Rp 660 per saham. 

Selanjutnya: Analis ini memproyeksikan IHSG melemah di awal bulan Juni 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×