Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akan digelar pada Senin dan Selasa 24-25 Mei 2021. Analis memproyeksikan, BI tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) atau suku bunga acuan di level saat ini.
Asal tahu saja, suku bunga acuan dipertahankan di level 3,50% pada RDG BI bulan lalu. Adapun tersebut sudah dipertahankan sejak Februari 2021. Sebelumnya, pada Januari 2021 suku bunga acuan berada di level 3,75%.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr mengungkapkan, BI tidak akan memangkas suku bunga acuan karena masih akan fokus menjaga kestabilan mata uang rupiah. Oleh karena BI masih mempertahankan level tersebut, maka tidak akan ada dampak yang signifikan terhadap pergerakan IHSG pekan depan. IHSG berpotensi bergerak melemah menguji MA 200-nya di 5.720 hingga level support selanjutnya di 5.688 dan level resistance di 5.850.
Adapun pelaku pasar cenderung mencermati pandangan BI mengenai prospek pemulihan ke depan. Mengingat, kasus Covid-19 kembali meningkat dan lockdown di terapkan di beberapa negara. Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati data minyak EIA, jobless claim Amerika Serikat (AS), serta perkembangan yield obligasi AS.
Baca Juga: Harga komoditas naik, ini rekomendasi untuk saham-saham berbasis komoditas
Lebih lanjut diungkapkan, BI sebenarnya masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan. Akan tetapi, langkah tersebut akan memancing outflow dan mendorong volatilitas rupiah. Di samping itu BI ingin menjaga yield differential yang menarik.
Adapun menurut Zamzami, BI juga sulit mengambil opsi pemangkasan itu di sisa tahun ini. Sebab, siklus pelonggaran moneter di berbagai bank sentral sudah mendekati proses akhir, mengingat pemulihan yang semakin baik. Menurutnya, pembicaraan saat ini cenderung soal waktu yang tepat bank-bank sentral mulai menaikkan suku bunga.
"Ekspektasi, tidak ada penurunan suku bunga hingga akhir tahun dan bisa expect kenaikan suku bunga tahun depan," ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (21/5). Adapun penurunan suku bunga acuan bisa saja terjadi, apabila ada kebutuhan mendorong moneter, seperti pertumbuhan yang lambat atau terjadi lockdown.
Baca Juga: IHSG turun 2,78% dalam sepekan, kapitalisasi pasar tinggal Rp 6.832,58 triliun
Senada, SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengungkapkan, BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan seiring dengan The Fed melakukan hal yang sama. Adapun ekspektasi BI menahan suku bunga acuan sudah tercermin dalam pergerakan IHSG saat ini. "BI selalu mengikuti hasil The Fed meeting apapun hasilnya," ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (23/5).
Menurutnya, pergerakan IHSG ke depan cenderung dipengaruhi oleh tingkat vaksinasi dan jumlah kasus Covid-19, termasuk perkembangan kasus Covid-19 di India. India merupakan negara dengan kondisi ekonomi terbesar ke-7 di dunia. Kondisi yang kurang baik di India dapat berpengaruh proses pemulihan ekonomi secara global.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, suku bunga acuan yang tidak dipangkas akan menjadi angin segar bagi beberapa sektor seperti perbankan. Ia menyarankan buy on weakness BBRI di harga Rp 3.900 per saham dengan target harga Rp 4.700 per saham dan BMRI dengan harga Rp 5.100 per saham dengan target harga Rp 6.700 per saham.
Baca Juga: Pekan ketiga Mei 2021, arus modal asing yang keluar mencapai Rp 1,48 triliun
Keputusan tersebut juga menjadi sentimen positif bagi sektor properti. Ia menyarankan BSDE dengan harga Rp 980 per saham dan target harga Rp 1.500 per saham.
Adapun saham lain yang menarik ada ASII dan SMGR yang disarankan buy on weakness di harga masing-masing Rp 5.050 per saham dan Rp 8.800 per saham. ASII memiliki target harga Rp 6.100 per saham, sementara SMGR memiliki target harga Rp 12.000 per saham.
Baca Juga: IHSG berpotensi lanjut melemah awal pekan depan, saham-saham ini bisa dicermati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News