kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Menilik Prospek Kinerja Emiten Energi di Tengah Impor Minyak AS


Minggu, 20 Juli 2025 / 16:43 WIB
Menilik Prospek Kinerja Emiten Energi di Tengah Impor Minyak AS
ILUSTRASI. Kapal ELSA 3 milik PT Elnusa Tbk pada saat peluncurannya di galangan kapal Caputra, Merak, Banten. Dalam memfokuskan bisnis inti Jasa Hulu Migas terintegrasi, ELNUSA melebarkan sayapnya dengan berinvestasi pada Well Testing Barge, sebuah kapal tidak bermesin untuk pengerjaan sumur minyak yang berada didalam sungai atau dalam keadaan terapung. Kebijakan pembelian energi, termasuk minyak bumi, dari Amerika Serikat (AS) kemungkinan tak berdampak negatif terhadap kinerja emiten energi.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mencermati, di sektor energi kesepakatan dagang itu mencakup nota kesepahaman antara Pertamina dan perusahaan AS seperti Chevron dan ExxonMobil atas pembelian energi (crude dan feedstock) senilai US$ 15 miliar.

Komitmen pembelian energi AS mencakup minyak dan LPG. Sektor energi Indonesia seperti Pertamina akan mendapatkan pasokan baru.

“Ini mendukung prospek PGAS, ADRO, PTBA , dan AKRA sebagai pengelola distribusi dan logistik energi,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (18/7).

Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo mengatakan, kesepakatan baru itu tak berdampak terlalu signifikan ke kinerja emiten energi Tanah Air. Sebab, Indonesia sendiri masih melakukan impor minyak mentah untuk kebutuhan BBM.

“Terlebih, produksi minyak mentah dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri yang terus meningkat,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (19/7).

Baca Juga: Sejumlah Emiten Energi dan Tambang Bakal Cum Dividen Pekan Ini, Simak Rekomendasinya

Menurut Praska, kebutuhan BBM dalam negeri diperkirakan 1,5 juta barel per hari, sementara kemampuan pasokan produksi dalam negeri hanya sekitar 700.000-800.000 barel. Sehingga, Indonesia masih perlu impor minyak.

“Dengan impor minyak dari AS, justru diharapkan dapat memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. Hal ini justru akan menguntungkan bagi emiten-emiten yang bergerak di bidang distribusi BBM, seperti AKRA,” ungkapnya.

Meskipun begitu, tantangan untuk industri emiten energi, khususnya minyak dan gas (migas), masih akan menemui tantangan di sisa tahun 2025.

Ini terkait dengan harga minyak mentah dan gas yang masih fluktuatif di tengah prospek ekonomi global yang melambat, isu perang dagang dan geopolitik, serta harapan kelonggaran kebijakan moneter untuk mendongkrak pemulihan ekonomi.

Melansir Trading Economics, harga minyak mentah pada pukul 15.15 WIB adalah US$ 67,3 per barel. Harga minyak sudah turun 8,86% dalam sebulan terakhir.

Baca Juga: Harga Komoditas Terpuruk, Kinerja Emiten Energi dan Minerba Terancam

“Namun, dibanding batubara, emiten energi migas masih cenderung memimpin,” paparnya.

Praska pun merekomendasikan beli untuk AKRA, PGAS, dan RAJA dengan target harga masing-masing Rp 1.360 per saham, Rp 1.850 per saham, dan RAJA Rp 3.300 per saham.

Selanjutnya: Menakar Dampak Tarif Resiprokal AS dan IEU-CEPA Bagi Industri Tekstil Nasional

Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 6 dengan Layar Dua Mode, Bisa jadi Smartphone Sekaligus Tablet

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×