Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat, menambahkan bahwa masalah emiten BUMN biasanya terkait dengan mismanajemen.
"Pengelolaan bisnis emiten BUMN sering kali tidak memperhatikan profitabilitas usaha akibat penunjukkan pengurus yang hanya disesuaikan dengan kepentingan pihak penguasa," jelasnya.
Menurut Alfred, panduan investasi di saham BUMN tidak berbeda jauh dengan saham non-BUMN, dengan fundamental tetap menjadi acuan utama. "Sektor perbankan masih menunjukkan GCG dan fundamental yang baik," ungkapnya.
Baca Juga: Prospek Adhi Karya (ADHI) di Tengah Wacana Penggabungan BUMN Karya
Budi menyarankan investor memilih emiten yang memiliki nilai earning per share (EPS) dan membagi dividen secara konsisten, seperti sektor perbankan. "Kinerja BUMN yang bagus masih terkonsentrasi di sektor keuangan," tambahnya.
Alfred melihat, prospek kinerja emiten BUMN ke depan tidak bisa dilepaskan dari faktor politik. "Penempatan manajemen dan pengawas di BUMN dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian BUMN, serta penugasan yang diberikan oleh pemerintah yang membebani BUMN," paparnya.
Teguh merekomendasikan beli untuk saham perbankan seperti BBRI dan BBNI, serta saham pertambangan seperti PTBA.
"Kinerja perbankan pasti akan naik mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional, sementara emiten pertambangan biasanya hanya menjual hasil komoditas yang harganya bagus di pasar," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News