Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Yudho Winarto
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengamati, kenaikan saham ketiga emiten baru hari ini merupakan tren yang biasa terjadi saat IPO.
“Meskipun begitu, untuk perjalanan selanjutnya harus dicek lagi, apakah kinerja dan harganya bisa lanjut bagus setelah IPO,” ujarnya saat ditemui Kontan, Senin (13/1).
Jika dilihat secara sektoral, sektor farmasi sebenarnya cukup prospektif ke depan, karena produk yang dijual sifatnya defensif dengan sejumlah risiko, termasuk dari ancaman pandemi.
Namun, OBAT yang berasal dari sektor farmasi dan DGWG sebagai produsen pupuk menghadapi tantangan fluktuasi kurs rupiah yang masih lemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sebab, bahan untuk produksi yang digunakan masih harus diimpor.
Baca Juga: Delta Giri Wacana (DGWG) Resmi Melantai di BEI Hari Ini (13/1), Sahamnya Naik 12,17%
Sementara, CBDK masih menghadapi tantangan di era suku bunga tinggi yang membuat permintaan calon konsumen bisa lemah.
Terlepas dari sentimen sektoral, CBDK menjadi primadona di mata investor yang tercermin dari kelebihan permintaan sampai 344,28 kali. Menurut Martha, hal itu disebabkan valuasi harga saham CBDK yang lebih murah dibandingkan dengan harga saham induk usahanya, PANI.
Melansir RTI, price to earning ratio (PER) CBDK sebesar 34,99 kali. Sementara, PER PANI sebesar 432,63 kali.
Di sisi lain, bank tanah alias land bank yang dimiliki CBDK juga berada di kawasan premium yang menyasar pasar menengah ke atas. Hal itu juga menjadi nilai tambah dibandingkan dengan emiten properti lain yang kebanyakan memiliki aset di wilayah yang terpencar.
Melansir prospektus perusahaan, pendapatan prapenjualan alias marketing sales CBDK per semester I 2024 untuk segmen kavling tanah komersial sebesar Rp 747,3 miliar, segmen produk komersial Rp 242,07 miliar, dan penjualan rumah tapak atau residensial Rp 184,92 miliar.
Baca Juga: Ini Proyek Bangun Kosambi Sukses (CBDK) Setelah Resmi Melantai di BEI
Dengan fokus bisnis properti area komersial, Martha melihat, CBDK berpotensi mencatatkan pendapatan berulang alias recurring income yang baik.
“Kinerja CBDK juga akan menjadi sentimen positif bagi kinerja keuangan dan saham PANI ke depannya,” ungkapnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, ketiga emiten yang baru debut di lantai Bursa itu memiliki prospek yang berbeda tergantung dari sektor masing-masing.
OBAT, yang berasal dari sektor farmasi, memiliki prospek cerah karena tren peningkatan kesadaran kesehatan dan permintaan yang cenderung stabil.
“Sementara, CBDK berpotensi tumbuh dengan pengembangan kawasan yang cukup strategis, meskipun risiko perlambatan sektor properti akibat kenaikan PPN dan suku bunga juga perlu diperhatikan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (13/1).
Dari ketiga saham yang hari ini baru melantai, Mifta menjagokan CBDK dan OBAT.
Baca Juga: Menengok IPO OBAT, Pemain Maklon Milik Politisi Golkar, Dahlan Iskan Jadi Petinggi
“Meskipun begitu, disarankan untuk wait and see saham-saham yang baru IPO, karena volatilitas masih sangat tinggi sampai beberapa pekan setelahnya,” ungkapnya.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana melihat, ketiga emiten baru di BEI menunjukkan prospek kinerja yang menarik.
CBDK, yang bergerak di sektor properti dan pariwisata dengan fokus pada pembangunan kawasan MICE, memiliki potensi besar untuk berkembang. Terutama, dengan adanya pemulihan sektor ini pasca-pandemi.
Proyek-proyek besar yang sedang dijalankan kemungkinan dapat menarik minat investor yang percaya pada pertumbuhan sektor properti.
Namun, valuasi CBDK tergolong mahal dengan PER Trailing Twelve Months (TTM) antara 22,5x hingga 30,5x dan PBV Annualized antara 7,4x hingga 10,0x.
“Ini menunjukkan bahwa CBDK sudah diperdagangkan dengan harga premium, sehingga risiko koreksi harga perlu diwaspadai,” ujarnya kepada Kontan, Senin (13/1).
DGWG, yang beroperasi di sektor industri dasar dengan fokus pada produk pestisida, memiliki valuasi yang lebih rendah. Dengan PER TTM 15,9x dan PBV Annualized 0,8x, DGWG lebih menarik dari segi harga.
Menurut Hendra, sektor agrikultur yang stabil dan permintaan yang terus meningkat untuk produk pestisida memberikan prospek yang solid bagi DGWG.
Selanjutnya: Kementerian PU - ADB Jajaki Kerja Sama Pembiayaan Infrastruktur Ketahanan Pangan
Menarik Dibaca: Daerah Ini Hujan Seharian, Simak Proyeksi Cuaca Besok (14/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News