Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Gruda Indonesia Tbk (GIAA) masih loyo di sepanjang 2021. Walau begitu, Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra optimistis dapat membawa kinerja positif secara bertahap pada semester kedua 2022.
Optimisme itu berangkat dari pendapatan usaha bulan Mei 2022 lalu berhasil membukukan profitabilitas melalui pendapatan rute angkutan penumpang, kargo, charter maupun pendapatan penunjang lainnya. Emiten BUMN ini juga telah meraih kesepakatan homologasi melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada akhir Juni 2022 lalu.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus berpandangan terkait pemulihan kinerja GIAA tergantung upaya GIAA mempertahankan proses pemulihan. Menurut dia, pemulihan ekonomi jelas merupakan salah satu faktor pendorong utama saat ini.
Baca Juga: Rugi Membengkak di 2021, Garuda Yakin Kinerja Bakal Positif Pada Semester II-2022
"Ditambah lagi dengan pengendalian Covid-19 yang memang menjadi kunci meningkatnya aktivitas dan mobilitas masyarakat sehingga penerbangan kembali dibuka dan mendorong pemulihan sektor tersebut," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Rabu (13/7).
Selain itu juga ditambah fundamental ekonomi Indonesia yang membaik dan fiskal berjalan yang lebih kuat. Menurutnya, hal tersebut membuat Indonesia menjadi magnet investasi di kawasan Asia.
Oleh sebab itu, Nico menilai kinerja GIAA akan kembali menghasilkan keuntungan meski memang memerlukan waktu. Apalagi, ancamannya lebih kepada tingkat suku bunga.
Baca Juga: Setahun Lebih Disuspensi, Kapan BEI Buka Gembok Saham Garuda (GIAA)?
"Namun seiring dengan berjalannya pemulihan ekonomi, kenaikan tingkat suku bunga kami perhatikan berdampak secara jangka pendek," katanya.
Sebagai pengingat, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 1,33 miliar sepanjang tahun 2021. Capai ini turun 10,43% secara tahunan atawa year on year (yoy). Tahun 2020, pendapatan Garuda masih mencapai US$ 1,49 miliar.
Maskapai plat merah ini membukukan rugi bersih US$ 4,15 miliar tahun lalu. Kerugian GIAA membengkak 70,25% ketimbang US$ 2,44 miliar di 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News