Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.D - JAKARTA. Peta konglomerasi dalam jajaran 10 besar kapitalisasi pasar (market cap) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami pergeseran signifikan.
Emiten-emiten milik taipan Prajogo Pangestu kini tidak hanya semakin dominan, tetapi juga lebih terdiversifikasi karena mencakup saham dari beberapa entitas grup.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) tetap menjadi pemimpin dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 1.241 triliun, atau setara dengan 10,06% dari total kapitalisasi di BEI.
Baca Juga: IHSG Anjlok 8,04% di Kuartal I-2025, Cek Posisi Sepuluh Saham Jawara Market Cap
Pada akhir 2024, BREN berhasil menempati posisi teratas sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar, mengungguli PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki kapitalisasi Rp 1.181 triliun.
Namun, pada saat yang sama, kapitalisasi pasar PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menunjukkan pertumbuhan signifikan. Dari posisi Rp 649 triliun pada akhir 2024, kapitalisasi pasar TPIA melonjak menjadi Rp 843 triliun.
Bahkan, pada 23 Mei 2025, TPIA sempat melampaui BREN dengan kapitalisasi sebesar Rp 913 triliun, sementara BREN berada di posisi Rp 890 triliun.
Kenaikan kapitalisasi pasar TPIA ini sejalan dengan apresiasi harga sahamnya yang meningkat 30% sepanjang tahun berjalan, ditopang oleh net buy investor asing sebesar Rp 261,25 triliun.
Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa lonjakan harga saham entitas Grup Barito ini didorong oleh sejumlah faktor.
Baca Juga: Saham Emiten Energi Masih Unjuk Gigi
Salah satunya adalah akuisisi kilang Shell di Singapura oleh TPIA melalui kerja sama usaha (joint venture) dengan Glencore. “Akuisisi ini bakal memperkuat posisi TPIA di sektor petrokimia regional,” ungkap Liza kepada Kontan, Senin (26/5).
Liza menambahkan bahwa proyek CAP2 senilai US\$ 5 miliar juga akan meningkatkan kapasitas produksi dan prospek pertumbuhan jangka panjang TPIA. Di sisi lain, anak usaha TPIA, PT Chandra Daya Investasi, juga dikabarkan tengah mempersiapkan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).
Emiten Grup Barito lainnya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), turut mencatatkan peningkatan kapitalisasi pasar. Dari Rp 86,25 triliun pada akhir 2024, nilai kapitalisasi BRPT naik menjadi Rp 108,28 triliun per 26 Mei 2025.
Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga, Emiten Properti Jadi Berbunga-bunga
Perubahan susunan 10 besar emiten tidak hanya terjadi pada grup milik Prajogo Pangestu. Emiten milik konglomerat Sugianto Kusuma alias Aguan, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), yang sebelumnya berada di peringkat kesembilan pada akhir 2024 dengan kapitalisasi pasar Rp 270 triliun, kini terlempar dari posisi 10 besar.
Sebagai pengganti, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) masuk ke dalam jajaran tersebut. Hingga akhir perdagangan Senin (26/5), DCII menempati peringkat kesembilan dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 355 triliun.
Dari kalangan BUMN, hanya tiga emiten yang masih bertahan di jajaran 10 besar, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Per 26 Mei 2025, BBRI mencatatkan kapitalisasi pasar tertinggi di antara BUMN lainnya, yakni Rp 648 triliun. Sementara itu, BMRI dan TLKM masing-masing mencatatkan kapitalisasi sebesar Rp 506 triliun dan Rp 277 triliun.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, Ekky Topan, menilai terdapat beberapa emiten konglomerasi lain yang berpotensi masuk ke dalam jajaran 10 besar berdasarkan kapitalisasi pasar.
Di antaranya adalah PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) milik Grup Salim dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) dari Grup Sinarmas. Keduanya mencatatkan kinerja saham yang impresif.
Baca Juga: Dua Saham Market Cap Besar Naik Signifikan, Cocok Trading Tapi Risiko Tinggi
Pada akhir perdagangan Senin (26/5), kapitalisasi pasar DNET mencapai Rp 141,5 triliun, sedangkan SMMA menembus Rp 100,7 triliun. “Ini melihat pergerakan naikinya yang seringkali didorong tanpa likuiditas yang besar, mirip dengan pola kenaikan DCII. Jadi ada kemungkinan terbuka lebar,” ujar Ekky.
Meski demikian, menurut Ekky, dalam jangka pendek PANI dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) merupakan kandidat yang paling berpotensi masuk kembali ke jajaran 10 besar. Dengan catatan, PANI mampu membalikkan arah pergerakan harga dan mempertahankan tren penguatan.
“Serta CUAN melanjutkan tren penguatan dengan momentum yang kuat seperti belakangan ini, keduanya bisa jadi kandidat paling realistis,” tambahnya.
Sebaliknya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dinilai berpotensi terdepak dari kelompok 10 besar. Ekky berpendapat bahwa valuasi AMMN saat ini sudah tergolong tinggi, sementara pergerakan sahamnya cenderung stagnan.
Baca Juga: Kinerja Sejumlah Emiten Kawasan Industri Lesu, Mana yang Masih Menarik Sahamnya?
“Jika tidak ada katalis baru dari sisi fundamental atau aksi korporasi, peluang AMMN tersalip oleh emiten lain seperti DCII, CUAN, atau bahkan PANI,” jelasnya.
Selanjutnya: Metropolitan Land (MTLA) Luncurkan Conifera, Blok Komersial Baru di Metland Menteng
Menarik Dibaca: 5 Jamu Tradisional untuk Mengatasi Jerawat dari Dalam, Tertarik Coba?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News