Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
Andy Ferdinand, Head of Equity Research Samuel Sekuritas, menilai, kinerja BMRI hingga semester I-2017 sesuai dengan ekspektasi. Andy melihat pertumbuhan kredit BMRI banyak ditopang kredit segmen korporasi.
Dalam riset Kamis (20/7), Andy mengatakan kredit BMRI meningkat 11,6% yoy. Hal tersebut terutama ditopang oleh kredit korporasi, terutama infrastruktur dan diikuti kredit konsumsi.
Kredit bermasalah
Sementara, kredit segmen kecil dan komersial masih tertekan, seiring non performing loan (NPL) kedua segmen tersebut yang relatif tinggi. "Kami masih mempertahankan estimasi pertumbuhan kredit 12% di tahun ini, sejalan dengan target manajemen sebesar 11%-13%," kata Andy.
Bima menandaskan, kinerja kredit pada segmen komersial menyumbang jatah NPL tertinggi. Porsinya mencapai 10,77% di semester I-2017.
Segmen komersial yang berkontribusi terhadap kenaikan NPL adalah komoditas pertambangan dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Segmen ini menyebabkan BMRI membukukan penyisihan kerugian kredit hingga mencapai Rp 9,3 triliun.
Namun, Andy menilai, langkah BMRI meng-upgrade NPL pada segmen korporasi menjadi performing loan (PL) serta write-off Rp 2,5 triliun telah mengompensasi penambahan NPL pada segmen komersial. Alhasil, NPL BMRI bisa diturunkan menjadi tinggal Rp 160 miliar pada kuartal II-2017, atau membaik menjadi sebesar 3,79%.
"Kami melihat biaya pencadangan tahun ini masih akan lebih rendah secara signifikan dari pada tahun lalu sehingga dapat menopang laba bersih di tahun ini," kata Andy.
Menurut Bima, ke depan pekerjaan rumah yang harus dirampungkan BMRI adalah pemulihan aset kredit bermasalah. Selain itu, BMRI harus rajin menagih ketetapan komitmen debitur dalam hal pembayaran kredit, agar special mention loans (SML) BMRI tidak pindah ke NPL.