Reporter: Namira Daufina | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Setelah People's Bank of China mengambil langkah kebijakan stimulus untuk melindungi perekonomian negaranya, harga komoditas industri pun ikut terangkat termasuk timah. Antisipasi pasar terhadap data manufaktur China Selasa (1/9) juga ikut mendorong kenaikan harga timah.
Mengutip Bloomberg, Senin (31/8) pukul 16.30 WIB harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di bursa London Metal Exchange tercatat melesat 1,40% ke level US$ 14.400 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun sudah terangkat sebanyak 2,45% dalam sepekan terakhir.
Namun, Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menduga penguatan terbatas ini memang pengaruh utamanya dari China.
Setelah sejak akhir pekan lalu bursa saham China kembali normal dan sepi gejolak.
Ditambah lagi, timbulnya kekhawatiran pasar terhadap peluang kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada September 2015 mendatang yang diduga bisa tertahan lagi.
Pesimisme pelaku pasar terhadap hasil FOMC Kamis (17/9) nanti, menahan laju index USD yang hingga Senin (31/8) pukul 17.54 WIB merosot 0,11% ke level 96,00.
“Kedua faktor ini yang membantu harga timah mempertahankan penguatannya dalam tiga hari terakhir,” kata Andri.
Ditambahkan oleh Andri, “Selain itu, di pasar global saat ini pasokan timah juga masih melimpah jika data manufaktur buruk artinya belum ada harapan ke depannya pasokan akan terserap,” jelas Andri.
Lihat saja, ekspor timah Indonesia ke China di semester satu 2015 pun tergelincir 5% dibanding periode yang sama di tahun lalu. Tekanan bagi harga juga datang dari masih tingginya pasokan di Indonesia.
Berkaca pada produksi timah PT Timah Indonesia Tbk (TINS) sepanjang semester satu 2015 naik 32% dibanding periode yang sama tahun 2014. Tidak hanya dari dalam negeri, Societe General AS pun menduga produksi global timah olahan tahun 2015 ini akan naik 3,3% dengan pertumbuhan permintaan dari China yang hanya 2,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News