kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.624.000   4.000   0,25%
  • USD/IDR 16.305   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.109   35,72   0,50%
  • KOMPAS100 1.044   5,37   0,52%
  • LQ45 824   5,99   0,73%
  • ISSI 212   -0,11   -0,05%
  • IDX30 427   5,07   1,20%
  • IDXHIDIV20 512   6,64   1,31%
  • IDX80 119   0,49   0,41%
  • IDXV30 122   1,03   0,85%
  • IDXQ30 140   1,68   1,21%

Anjloknya harga timah, merontokkan laba TINS


Senin, 31 Agustus 2015 / 17:05 WIB
Anjloknya harga timah, merontokkan laba TINS


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Turunnya harga timah membuat PT Timah (Persero) Tbk (TINS) mengalami penurunan laba bersih.

Hingga Semester I 2015, laba bersih TINS hanya sebesar Rp 5 miliar. Jumlah itu turun hingga 98% year on year (yoy) dari laba sebelumnya Rp 334,6 miliar.

Selain karena ada penurunan harga timah, ongkos produksi TINS juga meningkat sehingga perseroan harus menanggung kenaikan beban.

Bahkan kenaikan pendapatan TINS tidak mampu menahan penurunan marjin laba bersih ini.

TINS sejatinya berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 16,96% yoy menjadi Rp 3,22 triliun.

Namun, apa daya, beban pokok pendapatan TINS melonjak hingga 40,8% menjadi Rp 2,9 triliun.

Sehingga laba kotor TINS yang pada Semester I 2014 bisa mencapai Rp 652,2 miliar, susut menjadi Rp 262,7 miliar hingga Juni tahun ini.

TINS juga mencetak selisih rugi kurs sebesar Rp 18,58 miliar.

Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS mengatakan, harga pokok usaha (HPU) menurun 19,34% menjadi US$ 13.810. Profit TINS pun tereduksi karena turunnya harga jual rerata sebesar 26,37% yoy pada Semester I-2015 menjadi US$ 17.076 per metrik ton.

"Harga timah turun sebagai akibat dari perekonomian global dunia," ujar Agung di Jakarta, Senin (31/8).

Meski harga turun, produksi bijih timah TINS masih naik 0,21% menjadi 14.383 ton, dibandingkan Semester I-2014 sebesar 14.352 ton.

Lalu, produksi logam timah naik hingga 31,95% menjadi 14.261 metrik ton, dan penjualannya naik 45,88% menjadi 14,096 metrik ton pada medio pertama tahun ini.

Berharap pada Peraturan Pemerintah

Saat ini, TINS berharap harga timah bisa segera pulih, terutama semenjak ada regulasi baru Permendag Nomor 33 tahun 2015 yang mulai diterapkan awal bulan Agustus ini. Beleid yang mengatur perdagangan bursa timah dunia itu direspon positif oleh perseroan.

Agung mengatakan, regulasi ini mewajibkan mekanisme Clean & Clear (CnC) bagi yang belum mempunyai Eksportir Terdaftar (ET).

Jika aturan ini diterapkan, Agung mengatakan, ekspor timah dari Indonesia akan lebih tertib, karena setiap besaran produksi dan penjualan logam timah akan dicek sesuai dengan luasan izin usaha penambangan (IUP) yang tercantum dalam Rencana Kerja Anggaran Belanja (RKAB).

Selain itu, royalti yang diterima pemerintah akan lebih baik perhitungan dan besarannya.

"Penambangan ilegal di Bangka dan Belitung juga dapat diminimalisir karena perbedaan legal dan ilegal tersebut. Dampaknya, harga komoditas timah akan terangkat," imbuhnya.

Saat ini, TINS juga bukan hanya mengembangkan produk timah saja. TINS juga sudah mulai masuk fase hilirisasi produk dengan membangun pabrik pengolahan tanah jarang.

TINS juga sedang menggarap bisnis properti bersama BUMN konstruksi. TINS sudah membentuk anak usaha yang bernama PT Timah Adhi Wijaya.

Perusahaan ini nantinya bakal membangun salah satu aset perseroan berupa lahan di Kota Legenda Bekasi sebesar 176 hektare.

Sampai Juni 2015, TINS memiliki total liabilitas sebesar Rp 4,1 triliun dengan ekuitas Rp 9,3 triliun. Lalu, total kas internalnya mencapai Rp 254,28 miliar.

Saham TINS ditutup naik sebesar 1,68% ke level Rp 605 per saham pada perdagangan Senin (31/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×