kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.420   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.095   -46,49   -0,65%
  • KOMPAS100 1.030   -10,30   -0,99%
  • LQ45 803   -9,10   -1,12%
  • ISSI 223   -2,38   -1,06%
  • IDX30 419   -4,71   -1,11%
  • IDXHIDIV20 502   -8,79   -1,72%
  • IDX80 116   -1,49   -1,27%
  • IDXV30 119   -2,82   -2,32%
  • IDXQ30 138   -1,77   -1,27%

Mengintip Peluang Penguatan Rupiah pada Tahun 2025


Selasa, 20 Mei 2025 / 21:03 WIB
Mengintip Peluang Penguatan Rupiah pada Tahun 2025
ILUSTRASI. Rupiah diperkirakan berpotensi menguat, dengan asumsi tidak ada eskalasi perang dagang dan adanya pemangkasan suku bunga. ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar (DXY) bergerak melemah seiring penurunan rating pemerintah Amerika Serikat (AS) oleh Moody's. Rupiah diperkirakan berpotensi menguat, dengan asumsi tidak ada eskalasi perang dagang dan adanya pemangkasan suku bunga.

Berdasarkan Trading Economics, DXY terkoreksi 0,03% ke level 100,4 pada Selasa (20/5) pukul 20.00 WIB. Pelemahan itu melanjutkan penrunan DXY sepekan terakhir sebesar 0,57%.

Research & Development Trijaya Pratama Futures, Alwi Assegaf menuturkan penurunan DXY seiring meredanya tensi perang dagang dan penurunan rating oleh Moody's. Tekanan terhadap dolar AS juga diperkirakan masih akan berlanjut seiring fokus pasar ke depan dari potensi pemangkasan suku bunga.

Baca Juga: Dolar AS Melemah, Rupiah Diproyeksi Kembali ke Rp 16.200 dalam Jangka Pendek

Alwi menuturkan, data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CCI) AS menunjukan kenaikan, tetapi Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) turun sehingga ada kecenderungan inflasi melandai. "Maka peluang untuk memungkaskan suku bunga semakin besar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (20/5).

Namun memang, untuk jangka pendek tekanan terhadap dolar cenderung terbatas. Sebab, pelaku pasar cenderung wait and see menantikan kepastian kebijakan mengenai tarif.

Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto sepakat bahwa tekanan terhadap dolar AS masih bersifat sementara. Namun, dengan semakin banyaknya sentimen positif di pasar maka peluang penguatan rupiah semakin besar ke depan.

"Selama perkembangan perang dagang tidak semakin parah, masih ada peluang bagi rupiah untuk menguat, walaupun sentimen dari domestik tidak terlalu bagus datanya," lanjutnya.

Meski begitu, neraca dagang Indoneia yang masih mencetak surplus dalam beberapa bulan terakhir dan defisit fiskal yang juga mencatatkan surplus di April 2025, serta inflow di pasar keuangan Indonesia, Myrdal menghitung nilai wajar rupiah di Rp 16.184 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Tertopang Pelemahan Dolar AS, Begini Proyeksi Pergerakannya pada Rabu (21/5)

Penguatan rupiah juga semakin terbuka dengan potensi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI). Ia memperkirakan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (21/5) diperkirakan ada pemangkasan suku bunga BI 25 basis poin (bps).

"Karena ekonomi masih cenderung lambat, inflasi masih rendah, dan rupiah dalam tren yang baik, jadi harusnya perkembangannya positif untuk menurunkan suku bunga apalagi ekonomi Indonesia butuh pendorong," sebutnya.

Karenanya, Myrdal memperkirakan rupiah berpotensi berada di Rp 16.392 per dolar AS. Sementara di akhir tahun diperkirakan berada di Rp 15.924 per dolar AS, mengingat potensi masih adanya pemangkasan suku bunga satu kali sebesar 25 bps di semester II.

Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana juga melihat potensi penguatan rupiah. Hitungannya, dengan DXY di level 100 maka rupiah harusnya berada di rentang Rp 15.800 - Rp 15.900 per dolar AS.

Undervalued rupiah diperkirakan karena ada kekhawatiran instabilitas ekonomi dalam negeri. Salah satunya kekhawatiran defisit transaksi berjalan yang berlanjut. Alhasil, di semester I ini rupiah diperkirakan masih akan di kisaran Rp 16.300 - Rp 16.500 per dolar AS.

"Karena walaupun ada aliran masuk di pasar saham, tetapi aliran masuk di pasar SBN dan SRBI belum terlalu kuat," sebutnya.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.413 Per Dolar AS pada Hari Ini (20/5)

Rupiah bisa saja lebih kuat, hanya saja dengan catatan persepsi investor yang meningkat. Namun, dengan kondisi saat ini dengan ketidakpastian perang dagang, ia menilai investor masih akan wait and see.

Untuk semester II, potensi pemangkasan suku bunga diharapkan bisa mendorong penguatan rupiah lebih lanjut. Hanya saja, hal itu juga harus diiringi dengan turunnya risiko dari perang dagang, serta dorongan positif dari dalam negeri.

Dorongan yang dimaksud terkait sektor riil, seperti deregulasi dan kepastian hukum. Sementara untuk di pasar keuangan, akan mengikuti dari sektor riil.

Dengan demikian, Fikri mempertahankan target rupiah di Rp 16.400 - Rp 16.500 per dolar AS di akhir tahun 2025. Hal itu mempertimbangkan adanya perubahan struktural di kondisi sektor riil, lalu pemerintahan Indonesia yang baru berjalan satu tahun sehingga masih ada adaptasi kebijakan di sektor fiskal.

"Tentunya ini berdampak pada bagaimana kepercayaan investor terhadap pemerintah dan juga dorongan pemerintah di sektor riil," imbuhnya.

Selanjutnya: Penyandang Disabilitas Senam Bersama, Rekor MURI Terpecahkan

Menarik Dibaca: Penyandang Disabilitas Senam Bersama, Rekor MURI Terpecahkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×