Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri merupakan bulan penuh berkah bagi perusahaan ritel termasuk ke PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). Pasalnya, konsumsi rumah tangga selalu meningkat pada momentum tersebut meskipun kondisi ekonomi lesu.
Sejumlah analis memperkirakan momentum puasa dan lebaran akan memberikan dampak positif terhadap terhadap penjualan RALS. Konsumsi masyarakat akan semakin meningkat untuk mempersiapkan Idul Fitri baik untuk bahan pangan maupun sandang.
Namun, dampat positif dari momentum tersebut diperkirakan akan masuk ke kinerja perseroan di kuartal II tahun ini. Maklum, bulan puasa tahun ini lebih awal jika dibandingkan tahun 2015. Tahun lalu bulan Puasa di mulai pada 18 Juni, sedangkan tahun ini dimulai pada 6 Juni.
David Nathanael, analis First Asia Capital mengatakan momentum lebaran akan memberi dampak sangat positif bagi RALS. Meskipun ekonomi tengah lesu namun penjualan emiten yang terkenal dengan gerai Ramayana ini akan meningkat signifikan.
"Sebab yang dijual RALS adalah kebutuhan sandang dan pangan. Masyarakat tetap membutuhkan baju baru dan kebutuhan pangan lainnya untuk persiapan lebaran," jelasnya pada KONTAN, Selasa (7/6).
Perkiraan David, lebaran tahun ini akan mendorong penjualan RALS tumbuh lebih dari 50%. Prediksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan penjualan perseroan di kuartal III tahun lalu sebagai dampak dari momentum lebaran. Jika kuartal III 2015 penjualan RALS tumbuh 68% dari kuartal sebelumnya, maka penjualan kuartal II tahun ini menurut David bisa di atas Rp 2,1 triliun
Sementara untuk laba bersih RALS di kuartal II ini diperkirakan akan mencapai Rp 150 miliar atau melonjak tajam dari kuartal I lalu yang hanya tercatat sebesar Rp 8,4 miliar. Rendahnya perolehan laba bersih di kuartal I merupakan hal yang wajar menurut David sebagai akibat dari kehabisan stok pada libur akhir tahun.
Sebagai gambaran pada kuartal I 2015, Laba bersih RALS hanya mencapai Rp 5,4 miliar, lalu di kuartal II naik menjadi Rp 90,8 miliar dan di kuartal III melonjak lebih tajam sebagai dampak dari momentum lebaran menjadi Rp 304 miliar.
Senada, Muhammad Farlan, analis Phillip Capital dalam risetnya 17 May 2016 mengatakan dampak positif dari momentum Ramadan dan Idul Fitri pada kinerja RALS akan bergeser ke kuartal II.
Perkiraannya, kuartal II tahun ini akan menyumbang kontribusi terbesar terhadap total pendapatan perseroan hingga akhir tahun. "Kuartal III akan menyumbang kontribusi 33%-34%," kata dia.
Sementara di kuartal I tahun ini dalam perkiraan Farlan hanya akan menyumbang kontribusi penjualan 18,6%, kuartal III 26% dan kuartal IV 21,9%. Sementara tahun lalu, masing-masing kuartal menyumbang kontribusi pendapatan sebesar 18,7%, 24,3%, 32,8% dan 24,2%.
Namun, dia menilai ke depan RALS masih akan menghadapi berbagai resiko seperti melemahnya ekspor komoditas yang menyebabkan meningkatkan tingkat pengangguran di daerah, risiko regulasi, peningkatan persaingan di industri ritel karena keberadaan minimarket dan bisnis e-commerce, dan lingkungan ekonomi makro Indonesia.
Farlan hanya berani memasang target konservatif untuk kinerja RALS hingga akhir tahun karena resiko tersebut. Perkiraannya, pendapatan perseroan hanya akan tumbuh tipis yakni 8,3% menjadi Rp 5,99 triliun dan laba bersihnya tumbuh 7,3% menjadi Rp 361 miliar.
Kendati begitu, dia sangat mengapresiasi strategi RALS mengonversi gerai Robinson ke dalam SPAR. Menurutnya, strategi tersebut akan membawa dampak positif pada bisnis perseroan ke depan karena menahan kompetisi sengit di industri ritel, terutama dengan menjamur minimarket. "Konversi ini akan menyegarkan merek Robinson dan menarik pelanggan baru," jelas Farlan.
SPAR adalah rantai ritel multinasional yang berbasis di Belanda dan waralaba dengan sekitar 12.500 toko di 41 negara di seluruh dunia. Tahun ini, RALS bekerjasama dengan SPAR mengonversi 25 toko Robinson ke toko SPAR setiap.
David juga menilai strategi yang dilakukan RALS tersebut cukup bagus. Namun, dia memperkirakan kinerja perseroan tahun ini akan cenderung stagnan karena masalah utama industri ritel maupun konsumer adalah perlambatan ekonomi.
Adapun Lucky Bayu Purnomo, Analis Danareksa sekuritas melihat prospek RALS ke depan justru akan semakin baik. Pasalnya angka penjualan ritel sejak tiga tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan. "Sektor Jasa barang dan jasa termasuk ritel telah menguat 60% sejak tahun 2013 sampai sekarang, " terangnya.
Lucky bilang, meningkatnya Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam setahun terakhir ini akan menjadi sinyal positif bagi peningkatan penjualan RALS ke depan. IHK pada Mei 2016 tercatat sebesar 123,48, sementara pada periode Juni 2015 hanya tercatat 120,14.
Sentimen positif dari momentum Ramadan menurutnya akan semakin memperkuat potensi pertumbuhan RALS tahun ini. Di sisi lain, gerai-gerai RALS menjual barang-barang konsumsi untuk kalangan menengah ke bawah.
Lucky memperkirakan potensi pertumbuhan ritel ke depan akan semakin baik di tengah kondisi daya beli masyarakat yang semakin membaik. Oleh karena itu, dia masih merekomendasikan buy untuk RALS dengan target harga Rp 875-Rp 1.000.
Begitu juga dengan David, dirinya masih merekomendasikan buy saham RALS saat ini dengan target harga Rp 1.000. "Momentum lebaran ini akan mendorong penjualan RALS secara signifikan sehingga harga sahamnya juga masih berpotensi naik," Tandasnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News