kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Menghitung Hari Jelang Rupiah ke Rp 16.000 Per dolar AS


Senin, 23 Oktober 2023 / 21:53 WIB
Menghitung Hari Jelang Rupiah ke Rp 16.000 Per dolar AS
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1/2023). ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup di level Rp 15.934 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (23/10). Hanya hitungan hari hingga rupiah menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS.

"Hanya menghitung hari, potensi ke Rp 16.000 akan segera dalam satu sampai dua hari ke depan," ujar Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana kepada Kontan.co.id, Senin (23/10).

Ia mencermati, tertekannya rupiah akibat meningkatnya risk off. Hanya saja, peningkatan risk off kali ini sedikit menyimpang lantaran investor tak hanya meninggalkan US Treasury dan pindah ke dolar AS saja.

Fikri bilang, investor juga melarikan dana ke mata uang Eropa dan Britania Raya lantaran ekonominya membaik. Akibatnya, mata uang di emerging market pun melemah.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Terperosok ke Level Rp 16.000, Emiten Konsumer Bisa Terimbas

"Jadi safe haven asset bukan UST atau USD sekarang, tapi ke negara-negara itu dan saya pikir ini yang jadi pemberat rupiah lebih lanjut," katanya.

Sentimen lainnya juga karena menurunnya kepercayaan investor terhadap rupiah itu sendiri. Sebab, pasar menilai langkah Bank Indonesia beberapa waktu terakhir melalui instrumen SRBI dan DNDF, dan DHE ini tidak efektif untuk menarik inflow dari asing sehingga mendorong kekhawatiran pasar.

"Belum lagi, ada instrumen baru juga yaitu SVBI dan SUVBI yang kemungkinan ini dilihat oleh market kalau BI sudah tidak kuat lagi menahan tekanan rupiah sehingga membuat sentimen di market kurang baik," sambungnya.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menambahkan, potensi tekanan rupiah juga karena yield US Treasury yang rentan untuk naik kembali. Sebabnya, SBN di AS naik dan Negeri Paman Sam ini juga sedang membutuhkan likuiditas untuk utangnya.

"Otomatis supply meningkat sehingga meningkatkan yield," tambahnya.

Ia pun memprediksi rupiah pasti akan ke Rp 16.000. Adapun paling cepat di pekan ini, ataupun paling lambat di pekan depan lantaran belum ada katalis yang mampu menahan.

Meski demikian, Ramdhan menilai bahwa Rp 16.000 masih level psikologis sehingga masih bisa dikatakan batas aman.

"Namun dengan catatan cadangan devisa dan pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil," katanya.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah, Selasa (24/10), Bisa Tembus Rp 16.000 Per Dolar AS?

Adapun Fikri berpandangan rupiah masih berpeluang kembali ke level Rp 15.000-an dengan sejumlah catatan. Yakni, apabila trade surplus di kuartal IV lebih baik dari kuartal III dan ada inflow sehingga ada current surplus di kuartal IV.

Selanjutnya, jika indeks USD tidak naik signifikan dan yield SUN peningkatannya terbatas atau turun. Jika kondisi tersebut terpenuhi, maka rupiah bisa ke level ke Rp 15.481.

"Jika tidak terpenuhi maka rupiah ke Rp 15.700 - Rp 15.800, apalagi ada risiko harga minyak juga yang mungkin ketakutan impor kita lebih tinggi," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×