kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Menelisik prospek SUN usai rapat FOMC


Minggu, 28 Juli 2019 / 19:55 WIB
Menelisik prospek SUN usai rapat FOMC


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi domestik bergerak stagnan cenderung melemah di tengah pelaku pasar menunggu hasil keputusan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di akhir bulan ini.

Sejak yield Surat Utang Negara (SUN) tenor acuan 10 tahun sentuh level terendah di 7,01% pada Selasa (16/7), yield SUN bergerak naik ke 7,17% per Jumat (26/7). Naiknya yield menunjukkan harga SUN mengalami penurunan.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, pasar obligasi bergerak cenderung melemah karena pelaku pasar sedang menanti hasil keputusan FOMC mengenai arah kebijakan moneter The Fed.

Baca Juga: Kresna Sekuritas proyeksi The Fed pangkas suku bunga, ini nasib saham properti

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menambahkan sepekan lalu pasar SUN tertekan dengan yield yang beranjak naik karena volume transaksi juga menurun.

"Sepekan lalu asing tidak banyak masuk dan cenderung masih wait and see menunggu hasil FOMC sehingga volume transaksi turun dan yield jadi naik," kata Ramdhan, Jumat (28/7). 

Sikap wait and see ini masih akan berlanjut sampai FOMC mengeluarkan keputusannya di akhir bulan ini.

Ramdhan memproyeksikan jika hasil FOMC menetapkan The Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya, maka yield SUN bisa kembali turun dan harga SUN naik.

Baca Juga: Hasil data ekonomi AS akan menyokong pergerakan rupiah pada Senin besok

Namun, meski penguatan harga SUN terbuka lebar, pelaku pasar harus tetap berhati-hati pada faktor eksternal lain yang kini mayoritas menggerakkan pasar SUN dibanding dengan faktor dalam negeri.

"Ketidakstabilan pasar global, masalah geopolitik masih membuat pasar obligasi bergerak volatile," kata Ramdhan.

Terlepas dari hasil keputusan FOMC, Ramdhan menilai pasar obligasi domestik masih dianggap menarik oleh investor asing karena menawarkan imbal hasil yang kompetitif.

Baca Juga: Penantian investor terhadap FOMC akan pengaruhi arah rupiah

Ramdhan optimistis penguatan pasar obligasi dalam negeri terbuka lebar. Apabila The Fed menurunkan suku bunga dan yield bergerak turun ke 7,0%, level tersebut masih cukup menarik bagi asing untuk masuk.

Senada, Ariawan mengatakan kini fokus pelaku pasar tertuju pada hasil FOMC. Sejauh ini pelaku pasar mengekspektasikan The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali di tahun ini.

Namun, pada rapat FOMC yang terakhir di Juni, The Fed memberi sinyal penurunan suku bunga hanya sebanyak dua kali. Jika pada rapat FOMC di akhir bulan ini memberikan sinyal penurunan suku bunga yang tidak seagresif seperti yang diharapkan pasar, maka harga SUN berpotensi terkoreksi dan yield berpotensi kembali naik.

Baca Juga: Jelang Rapat The Fed, Lelang Surat Utang Negara (SUN) Diprediksi Sepi

Ariawan berpendapat jika The Fed di akhir bulan ini menurunkan suku bunga acuannya 25 basis point, pasar sudah mengekspektasikan hal tersebut (price in). Poin penting yang ditunggu pasar adalah bagaimana sikap The Fed pada potensi penurunan suku bunga selanjutnya.

"Apakah ekspektasi pasar sesuai dengan keinginan The Fed, jika tidak maka yield akan menyesuaikan (terkoreksi), jika dilihat data ekonomi AS juga tidak seburuk seperti yang diperkirakan pelaku pasar, kemungkinan the Fed tidak terlalu agresif menurunkan suku bunga bisa terjadi," kata Ariawan.

Namun, bila di akhir bulan ini, The Fed memutuskan untuk masih menahan suku bunga maka harga SUN bisa terkoreksi karena saat ini pelaku pasar price in suku bunga AS akan turun 25 bps.

Baca Juga: Terpengaruh sentimen FOMC, permintaan lelang SUN berpotensi berkurang

Di akhir tahun dengan tren penurunan suku bunga global, Ramdhan memproyeksikan yield SUN tenor 10 tahun bisa berada di 6,8%-6,9% pada akhir tahun ini. Selain itu dengan banyaknya investor asing yang masuk ke pasar SUN, hal ini bisa dimanfaatkan untuk menurunkan yield sehingga cost of fund pemerintah ikut mengecil.

Saat ini tren masuknya asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) terus catatkan rekor tertinggi. Per 23 Juli 2019 kepemilikan asing capai Rp 1.011 triliun. Sementara, Ariawan memproyeksikan yield akhir tahun berada di 7,05%.

Ramdhan merekomendasikan jelang penantian keputusan FOMC, pelaku pasar bisa melakukan trading di seri 10-15 tahun atau seri benchmark yang memiliki likuiditas tinggi.

Baca Juga: Menanti pengumuman The Fed, simak rekomendasi analis terhadap pergerakan IHSG

Sementara, Ariawan merekomendasikan di tengah volatilitas pasar yang masih tinggi tetapi yield masih berpeluang naik dalam jangka pendek, baiknya pelaku pasar mengambil tenor pendek dan menengah atau 3-7 tahun.

Setelah FOMC mengumumkan hasil rapatnya, dan sinyal positif menghampiri pasar SUN maka pelaku pasar bisa kembali lagi mengoleksi tenor yang lebih panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×