kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek saham INDF


Rabu, 10 Juni 2015 / 22:49 WIB
Menakar prospek saham INDF
ILUSTRASI. Binus University


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ingin terus meningkatkan rasa manis bisnis gula. Tahun ini, INDF berencana membangun pabrik pengolahan gula berkapasitas minimal 120.000 ton per tahun di Konawe, Sulawesi Tenggara. Ekspansi ini akan dilakukan melalui anak usahanya Indofood Agro Resources Ltd dengan investasi US$ 150 juta atau sekitar Rp 2 triliun.

Saat ini, INDF tengah mencari lahan untuk mempersiakan ekspansi tersebut. Pasalnya, untuk menghasilkan produksi minimal 120.000 ton diperlukan lahan untuk bangun pabrik dan penanaman seluas 2.000 – 3.000 hektare (ha). Rencananya, pabrik ini akan

Direktur Utama INDF, Anthoni Salim pengembangan bisnis gula tersebut dilakukan agar permintaan dan penawaran gula dalam negeri seimbang. Selama ini Indonesia masih mengandalkan impor gula. Dengan adanya pabrik pengolahan gula ini ia merasa Indonesia tak perlu lagi mengimpor gula karena telah punya hasil produksi yang cukup baik.

INDF memang telah memiliki dua pabrik gula di luar negeri. Namun, keduanya merupakan hasil akusisi. Dengan demikian, ekspansi pembangunan pabrik gula ini merupakan yang pertama bagi INDF.

Sejumlah analis menilai ekspansi pabrik gula ini akan membawa dampak positif terhadap kinerja INDF ke depan. Pasalnya, kebutuhan gula dalam negeri sangat besar sementara perusahaan gula dalam negeri belum bisa bersaing dengan perusahaan luar.

David Nathanael, Analis First Asia Capital menilai ekspansi INDF di bisnis gula cukup bagus. Menurutnya, hal itu dilakukan perseroan guna mendiversifikasi usaha di tengah lesunya harga CPO beberapa waktu belakangan.

David mengatakan, rencana perseroan untuk mengembangkan bisnis gula dalam negeri sangat bagus karena selama ini kebutuhan gula dalam negeri sangat besar. Indonesia selama ini bergantung terhadap gula impor karena perusahaan dalam negeri tidak sanggup memenuhi permintaan yang ada. “Jaid bisnis gula cukup seksi,” kata David pada KONTAN, Rabu (10/6).

Produsen gula dalam negeri merupakan pemain lama dan sebagian besar kalah bersaing dari segi teknologi dari perusaha-perusahaan gula di luar negeri. Oleh karena itu, kehadiran INDF mengembangkan pabrik gula di Indonesia akan sangat membantu mengurangi ketergantungan impor asal didukung oleh pemerintah.

Senada, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai rencana INDF bangun pabrik gula tersebut cukup bagus karena permintaan gula dalam negeri sangat besar. Sedangkan, produsen gula dalam negeri masih kalah bersaing dari perusahaan di luar negeri. “ Industri gula kita kalah bersaing juga karena produksinya kurang bagus,” kata Hans.

Menurut Hans, saat ini hanya ada satu produsen gula yang bagus dalam negeri yakni Gulaku. Namu, perusahaan tersebut baru memiliki satu pabrik pengolahan gula di lampung. Sehingga kehadiran INDF di bisnis ini akan memberi nilai baru bagi industri gula dalam negeri.

Hans dan David menilai rencana ekspansi perseroan di bisnis gula tersebut akan memberi rasa manis ke kinerja grup keluarga Salim itu ke depna. Hanya saja, dampaknya baru akan dinikmati beberapa tahun ke depan karena ekpansi tersebut membutuhkan waktu lama. “Kalau bangun pabrik mungkin butuh waktu dua tahun,” ujar David.

Hans dan David sepakat jika prospek INDF ke depan masih cukup bagus. Namun, David memperkirakan penjualan perseroan hingga akhir tahun ini akan cenderung flat karena harga CPO yang melemah dan nilai tukar rupiah tertekan mengingat pinjaman bank perseroan cukup besar dalam denominasi dollar. Prediksinya, penjualan INDF akan flat dan laba bersihnya akan turun 10%-15%.

Sedangkan Hans memperkirakan, penjualan INDF masih akan tumbuh hingga akhir tahun karena harga CPO sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Adapun nilai tukar Rupiah menurutnya, akan kembali mengalami penguatan mulai bulan Juli. Perkiraannya, penjualan INDF akan tumbuh 105-12% dan laba bersih 8%-9%.

Sementara Jennifer Natalia Widjaja, analis Ciptadana securitas dalam risetnya tanggal 11 Mei mengatakan tantangan INDF tahun ini masih besar yakni perlambatan ekonomi, harga CPO yang lemah dan apresiasi nilai tukar.

Nilai tukar menjadi tantangan perseroan karean proporsi mata uang asingnya mencapai 53,3% dari total utang. Ini menjadi penyebab beban utang kuartal I 2015 membengkak dan menekan bottom line INDF. Jenifer mengharap ICBP akan menjadi buffer perseroan karena kebutuhan consumer masih akan sangat besar terutama menjelang idul fitri.

Kendati tantangan masih besar, Jennifer mempertahankan rekomendasi Buy untuk INDF dengan target harga Rp7,700. Dia menargetkan pendapatan perseroan hingga akhir tahun mencapai Rp 74,89 triliun dan laba bersih Rp 4,55 triliun.

Adapun david merekomendasi Hold dengan target harga Rp 7.400 dan Hans merekomendasikan buy dengan target Rp 7.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×