Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel terus meluncur ke bawah US$ 20.000 per ton. Meski begitu, emiten-emiten di sektor nikel masih mampu mendulang sentimen positif dari program hilirisasi.
Menurut Bloomberg, Jumat (26/1), harga nikel dunia di bursa LME tertekan 42,96% ke level US$ 16.785 per metrik ton pada Jumat (26/1) secara tahunan atau year on year (yoy).
Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer mengatakan, harga nikel tertekan akibat kelebihan pasokan. "Sehingga untuk beberapa waktu ke depan situasi ini kami nilai masih akan menekan harga nikel global," ujarnya, Jumat (26/1).
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Sektor Nikel Dari Sejumlah Analis
Analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan memperkirakan pergerakan harga nikel dalam satu tahun ke depan akan relatif mendatar di kisaran US$ 17.000 per metrik ton.
Ini akibat target pertumbuhan ekonomi dan stimulus dari China yang masih di bawah ekspektasi konsensus dan potensi kenaikan produksi nikel global. "Namun, adanya potensi penurunan tingkat suku bunga dapat berdampak positif bagi harga nikel," kata Felix.
Analis Sinarmas Sekuritias, Inav Haria Chandra justru mengantisipasi kenaikan harga nikel tahun ini. Ia melihat, pergeseran ke dinamika yang lebih seimbang, didukung oleh kenaikan harga baja secara bertahap dan langkah-langkah untuk menstabilkan sektor properti, terutama di China.
"Penguatan harga baja baru-baru ini mungkin mencerminkan langkah-langkah yang bertujuan untuk mendukung sektor properti, belum lagi kenaikan harga bijih besi," kata Inav.
Baca Juga: Prospek Emiten Tambang Nikel: Dibayangi Oversupply hingga Kejatuhan Harga Jual
Selain itu, kenaikan PMI konstruksi China dalam dua bulan terakhir berturut-turut mungkin mencerminkan belanja infrastruktur yang lebih tinggi.
"Meskipun kenaikannya tidak terlalu besar, kami masih memperkirakan harga nikel LME akan kembali di atas US$ 20.000 per metrik ton pada kuartal I-2024," papar Inav.
Oleh sebab itu, Sinarmas Sekuritas memberikan pandangan overweight untuk sektor nikel. Pandangan itu didukung dari harga nikel yang lemah sudah diperhitungkan dalam nilai saham saat ini.
Lalu revisi kenaikan pendapatan yang diantisipasi, didorong oleh kenaikan harga nikel yang diharapkan sejalan dengan pasar yang lebih stabil di tahun 2024.
Sinarmas Sekuritas merekomendasikan saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) karena didukung oleh neraca keuangan yang baik, utang yang minimal, dan potensi modal yang besar.
Lalu PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBBA) untuk proyeksi pertumbuhan produksi yang kuat selama tiga tahun ke depan.
Hilirisasi nikel
"Sementara sikap kami terhadap saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) adalah netral, terutama karena kemungkinan dikeluarkannya ANTM dari MSCI Indonesia pada periode rebalancing mendatang," katanya.
Miftahul juga masih berpandangan positif terhadap sejumlah emiten di sektor nikel. Menurutnya, hilirisasi nikel akan memberikan benefit yang jauh lebih besar meski harga komoditas mentahnya masih mengalami penurunan. Sehingga emiten-emiten yang memiliki smelter masih akan mendulang sentimen positif.
Felix Darmawan, Analis Panin Sekuritas, mengatakan, seiring masifnya pengembangan hilirisasi nikel khususnya untuk bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia, NCKL berperan lebih dalam industrialisasi tersebut.
Baca Juga: Penawaran IPO Saham SMGA Ditutup Hari Ini (26/1), Apakah Layak Beli?
Hal tersebut tercermin dari pengembangan HPAL melalui Halmahera Persada Lygend (HPL), perusahaan asosiasi dengan kepemilikan NCKL sebesar 45,1% yang memproduksi seperti Mixed Nickel-Cobalt Hydroxide Precipitate (MHP) yang kemudian diolah menjadi nickel sulfate dan cobalt sulfate yang menjadi bahan baku dari prekusor.
Panin Sekuritas menyukai NCKL juga karena ekspansi mereka untuk hiliriasi nikel menjadi bahan baterai kendaraan listrik menjadi katalis positif. Selain itu NCKL memiliki tambang dengan cadangan nikel yang besar.
Sementara Kiwoom Sekuritas merekomendasi buy saham ANTM dengan target harga Rp 1.970 per saham dan hold untuk INCO dengan target harga Rp 4.680.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News