kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar Prospek Emiten yang Pendapatan di Atas Rp 100 Triliun dan Rekomendasi Analis


Minggu, 19 Maret 2023 / 16:02 WIB
Menakar Prospek Emiten yang Pendapatan di Atas Rp 100 Triliun dan Rekomendasi Analis
Logo PT Astra International Tbk ASII di puncak gedung?Menara Astra, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Menakar Prospek Emiten yang Pendapatan di Atas Rp 100 Triliun dan Rekomendasi Analis.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah emiten telah merilis laporan keuangan tahun 2022. Hasilnya, ada sejumlah emiten yang membukukan pendapatan fantastis yakni di atas Rp 100 triliun.

Konglomerasi Grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) menjadi emiten dengan pendapatan tertinggi sejauh ini. Tahun lalu, ASII mencatatkan pendapatan bersih meningkat 29,1% menjadi Rp 301,37 triliun. 

Kenaikan laba ini merefleksikan peningkatan kinerja dari hampir seluruh divisi bisnis Grup Astra, terutama bisnis alat berat dan pertambangan, otomotif serta jasa keuangan.

Anak usaha ASII, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) juga masuk ke jajaran emiten dengan penghasilan di atas Rp 100 triliun. Penjual alat berat Komatsu ini membukukan pendapatan senilai Rp 123,60 triliun, naik 55,5% dari pendapatan di periode 2021 sebesar Rp 79,46 triliun.

Baca Juga: Rekomendasi Saham Pilihan dan Arah IHSG di Tengah Pekan FOMC The Fed

Mayoritas lini bisnis UNTR yang berkaitan dengan komoditas mengalami pertumbuhan. Misalnya pendapatan unit usaha mesin konstruksi naik sebesar 60% menjadi Rp 36,5 triliun dibandingkan Rp 22,8 triliun pada tahun 2021.

 

Unit usaha UNTR di bidang kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 47,4 triliun naik sebesar 43% dibandingkan tahun 2021.

Emiten perbankan juga masuk ke dalam jajaran perusahaan dengan pendapatan di atas Rp 100 triliun. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya, membukukan total pendapatan Rp 188,93 triliun. Jumlah ini naik 6,5% dari pendapatan di periode 2021 yang sebesar Rp 177,24 triliun.

Selain BBRI, ada juga PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang membukukan pendapatan Rp 142,01 triliun, naik 12,7% dari pendapatan di 2021 sebesar Rp 125,96 triliun.

Konglomerasi Saratoga yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga masuk jajaran emiten yang membukukan pendapatan di atas Rp 100 triliun. Emiten milik Garibaldi Thohir ini mencatat kenaikan 103% pendapatan secara tahunan dari semula US$ 3,99 miliar menjadi US$ 8,10 miliar atau setara Rp 123,80 triliun.

Baca Juga: Cek Saham yang Banyak Dijual Asing Ketika IHSG Melesat Kemarin

Head of Business Development FAC Sekuritas Indonesia Kenji Putera Tjahaja menilai, kinerja emiten-emiten yang membukukan laporan keuangan baik pada 2022  diharapkan akan berlanjut di kuartal pertama 2023. Menurut dia, sentimen efek negatif dari issue kolapsnya tiga bank di Amerika Serikat (AS) terhadap perbankan hanya bersifat sementara.

Pun kinerja emiten konglomerasi batubara diperkirakan masih akan bertumbuh seiring masih adanya permintaan energi dari Eropa dan juga regional, seperti China dan India. “Namun memang tidak akan seagresif tahun 2022 pertumbuhannya dikarenakan secara harga komoditas pun sudah terkoreksi wajar,”kata Kenji kepada Kontan.co.id, Jumat.

Sementara itu, kinerja ASII juga diproyeksi akan melandai tahun ini, seiring dengan moderatnya pertumbuhan penjualan mobil. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Yanuar Hardy memproyeksi pertumbuhan penjualan mobil ASII tahun ini hanya sebesar 3% sampai 4% year-on-year (YoY). Proyeksi ini jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penjualan tahun lalu yang mencapai 18,1% YoY.

Kata Robertus, melambatnya penjualan mobil ASII sehubungan dengan naiknya tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan tidak adanya insentif pajak pertambahan nilai (PPN) untuk mobil. Ini membuat pertumbuhan volume penjualan domestik dapat melambat, terutama jika dibarengi dengan kemungkinan liburan yang lebih panjang selama periode Ramadan dan Idul Fitri.

Lebih lanjut, ada beberapa seri mobil dan motor baru yang diluncurkan dalam Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023, yang berpotensi menggerus pangsa pasar ASII. Selain itu, pemain baru di industri sepeda motor listrik berpotensi mengganggu dominasi pasar sepeda motor Honda.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.616,9 di Pagi Ini (17/3), Sektor Transportasi Melesat

Tahun ini, Mirae Asset memproyeksi pendapatan ASII sebesar Rp 303,86 triliun, tumbuh tipis dari pendapatan di 2022 sebesar Rp 301,37 triliun.

Tak hanya ASII, Kinerja UNTR juga diproyeksi melandai tahun ini. Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya memperkirakan kinerja UNTR akan mengalami normalisasi tahun ini seiring moderasi harga batubara dan penurunan volume produksi emas yang signifikan, seiring penurunan kadar emas di tambang Martabe. Sebagai catatan, produksi emas UNTR pada tahun lalu turun 13,2% YoY menjadi 286.000 oz di 2022. 

“Menurut kami, hal ini akan menjadi faktor yang tidak menguntungkan bagi kinerja keuangan UNTR di 2023,” kata Hariyanto.

Sama seperti UNTR, kinerja ADRO juga diproyeksi melandai. Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario memperkirakan kinerja ADRO akan melandai tahun ini seiring  normalisasi harga jual. Namun, kebijakan harga batubara acuan (HBA) baru yang diberlakukan Kementerian ESDM akan membantu menjaga average selling price (ASP) bagi perusahaan batubara. 

Proyeksi MNC Sekuritas, pendapatan ADRO tahun ini akan menurun menjadi US$ 7,52 miliar dengan estimasi laba bersih US$ 1,45 miliar, menurun dari realisasi laba tahun lalu yang mencapai US$ 2,49 miliar.

Baca Juga: Cermati Saham yang Banyak Diborong Asing pada Perdagangan Akhir Pekan

MNC Sekuritas menyematkan rating hold saham ADRO dengan target harga Rp 3.100. Pembagian dividen dan buyback saham bisa berdampak bagi saham ADRO dalam jangka pendek. Namun, risiko yang menggelayuti saham ADRO meliputi aktivitas ekonomi yang moderat di China,  hawa musim panas yang lebih sejuk di India, persaingan harga dari batubara Australia serta kondisi cuaca.

Sementara itu, emiten perbankan diproyeksi masih akan tumbuh solid. Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri merekomendasikan beli saham BMRI dengan target harga Rp 12.000. Net interest margin (NIM) BMRI diperkirakan akan tumbuh menjadi 5,4% didorong oleh ruang yang cukup untuk reprice suku bunga pinjaman secara floating term.

Mirae Asset mempertahankan rekomendasi hold untuk UNTR dengan target harga Rp 29.600 dan hold saham ASII dengan menaikkan target harga menjadi Rp 6.500 dari sebelumnya Rp 5.900.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×