Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Meski demikian, harga emas yang diproyeksikan tetap tinggi, bahkan menurut JP Morgan berpotensi mendekati US$ 5.000 per ons, masih cukup untuk menjaga profitabilitas emiten di level yang sangat sehat.
"Pertumbuhan ke depan tidak hanya bergantung pada harga emas, tetapi juga pada kemampuan emiten mengelola biaya, meningkatkan recovery tambang, serta menambah cadangan produksi," jelas Hendra.
Sementara itu, kebijakan bea keluar ekspor emas berpotensi mengubah peta persaingan sektor komoditas tersebut.
Wafi menilai, kebijakan ini tidak berdampak bagi emiten emas yang sudah memiliki fasilitas smelter atau pemurnian lantaran mereka dapat membuat produk turunan emas yang tidak terkena bea keluar. Sebaliknya, emiten yang hanya menambang bijih emas terancam mengalami tekanan margin akibat kebijakan tersebut.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Menguat pada Senin (1/12), Cermati Saham Rekomendasi Analis
Dia menambahkan, emiten-emiten emas diyakini akan tetap ekspansif di tengah harga emas yang diprediksi masih bullish pada 2026.
Walau begitu, ada kemungkinan ekspansi berupa akuisisi tambang emas lebih ramai ketimbang eksplorasi cadangan emas baru yang bisa menelan biaya investasi besar.
"Strategi ekspansi 2026 bisa bergeser ke akuisisi secara agresif daripada eksplorasi baru," imbuh Wafi.
Menurut Hendra, emiten emas yang mampu mengamankan cadangan sejak dini akan memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang, terutama jika harga emas bertahan di level tinggi.
Investor pun cenderung memberikan valuasi premium kepada emiten yang memiliki visibilitas cadangan dan umur tambang yang panjang.
Dari sisi strategi investasi, emiten emas dengan profil biaya rendah, neraca keuangan sehat, serta cadangan yang jelas masih menjadi pilihan utama.
Baca Juga: Ada Potensi Profit Taking, Cermati Saham Rekomendasi Analis HIngga Akhir Tahun
Hendra menyarankan investor untuk speculative buy saham MDKA dengan target harga Rp 2.600 per saham berkat eksposur emas yang kuat dan portofolio aset yang terus berkembang.
Rekomendasi trading buy disematkan untuk saham ANTM dengan target harga di level Rp 3.540 per saham seiring seiring leverage langsung terhadap harga emas dan potensi peningkatan kinerja segmen logam mulia.
Sementara itu, saham BRMS direkomendasikan buy on weakness oleh Hendra dengan target harga di level Rp 1.200 per saham. Rekomendasi serupa juga disematkan untuk saham ARCI dengan target harga di level Rp 1.845 per saham.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Bergerak Landai di November, Cermati Saham Rekomendasi Analis
Di lain pihak, Wafi menyebut saham BRMS, MDKA, ANTM, dan PSAB layak dipertimbangkan oleh investor dengan target harga masing-masing di level Rp 1.160 per saham, Rp 2.700 per saham, Rp 4.000 per saham, dan Rp 680 per saham.
Selanjutnya: IHSG Diperkirakan Bergerak Konsolidatif di Akhir 2025, Cermati Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Samsung Galaxy Tab A11+ Pakai Layar 11 Inci & Stylus Pen, Ada Memori hingga 2 TB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













