kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar Potensi Capital Inflow di Kuartal IV, Cermati Saham-Saham Favorit Asing Ini


Selasa, 03 Oktober 2023 / 06:45 WIB
Menakar Potensi Capital Inflow di Kuartal IV, Cermati Saham-Saham Favorit Asing Ini


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kembali mencatatkan aksi beli (net buy) pada awal bulan Oktober ini. Net buy asing sebesar Rp 314,45 miliar pada perdagangan Senin (2/10), yang turut mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 0,31% ke posisi 6.961,46.

Dalam net trading value secara year to date, investor asing memang masih melakukan aksi jual (net sell) sebanyak Rp 4,92 triliun. Meski begitu, peluang bagi dana asing kembali mengalir ke bursa Indonesia (capital inflow) masih terbuka di pengujung tahun ini.

Dalam periode sebulan terakhir, saham favorit investor asing cukup bervariasi. Saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo masih jadi buruan utama. Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) paling banyak dikoleksi investor asing.

Membuntuti BBNI, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) ada di daftar teratas saham incaran asing. 

Baca Juga: Lonjakan Yield US Treasury Menekan Wall Street di Awal Perdagangan Senin (2/10)

Sedangkan hingga kuartal III-2023, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling banyak diincar asing. PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA), BBNI, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga ada di peringkat atas net foreign buy di seluruh pasar.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengamati deras atau surutnya aliran dana dari investor asing akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pada kuartal IV-2023 ini, Valdy memandang arah kebijakan moneter bank sentral terutama The Fed bakal menjadi faktor yang dominan.

Kondisi ini sudah tercermin dari akumulasi net sell investor asing yang cenderung terjadi dalam satu bulan terakhir. "Disebabkan oleh kuatnya spekulasi pasar terhadap potensi kenaikan The Fed Rate di sisa tahun 2023, kemungkinan di FOMC November," kata Valdy kepada Kontan.co.id, Senin (2/10).

Di tengah sentimen eksternal yang masih dibayangi ketidakpastian, beruntung kondisi ekonomi domestik masih relatif solid. Situasi ini menjadi katalis penting yang dapat meredam aksi jual, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk bisa mendorong aksi net buy.

Baca Juga: Menilik Prospek Saham Bank Lapis Kedua pada Kuartal IV 2023

Apalagi dengan tingkat inflasi yang masih terjaga di bawah 3%, tepatnya di 2,28% (YoY) pada bulan September 2023. "Kondisi ini diyakini memperkuat ekspektasi peningkatan konsumsi domestik sampai akhir tahun 2023, dan menjadi mover utama pertumbuhan ekonomi Indonesia," imbuh Valdy.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menimpali, peluang untuk terjadi capital inflow maupun outflow di kuartal IV ini sama-sama terbuka. Potensi asing untuk net buy akan terbatas menimbang kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The Fed.

Terlebih jika ada ketidakpastian di dalam negeri menjelang Pemilu & Pilpres. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Sehingga bisa membuat asing lebih berhati-hati berinvestasi di Indonesia," kata Martha. 

Hanya saja, sekalipun terjadi net sell, Martha memprediksi jumlahnya akan terbatas. Begitu juga sebaliknya. "Angkanya akan tipis, karena katalis yang mixed. Kecenderungan bisa net buy khusus di kuartal IV, namun terbatas," tambah Martha.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.961 Hari Ini (2/10), BBRI, BBCA, AMMN Paling Banyak Net Buy Asing

Rekomendasi Saham

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menyoroti efek dari rilis data ekonomi di AS. Pelaku pasar mengharapkan The Fed kembali menahan kenaikan suku bunga acuan pada FOMC Meeting bulan depan. 

Para investor memperhitungkan adanya peluang 85,8% The Fed akan mempertahankan suku bunga. Hal ini bisa memicu sentimen di pasar saham. Aliran dana ke emerging markets bisa kembali mengalir.

Apalagi pada kuartal IV-2023 ini ada faktor musim kampanye Pemilu & Pilpres yang bisa menjadi katalis bagi pasar. "Secara historis tiga bulan sebelum Pilpres biasanya pasar saham melonjak," kata Liza.

Meski pada kuartal IV ini ada potensi dana investor asing mengalir kembali, tapi Valdy menyarankan agar pelaku pasar tidak asal mengekor. Perkembangan situasi ekonomi global dan domestik mesti dicermati agar pengambilan strategi investasi tetap rasional.

Di samping itu, investor domestik maupun asing juga menanti musim rilis laporan keuangan kuartal III-2023. Musim rilis kinerja menjadi katalis penting, yang bisa mendorong laju IHSG, setidaknya dalam periode bulanan di Oktober ini.

Baca Juga: Simak Proyeksi Arah IHSG Untuk Selasa (3/10)

Secara historis dalam 10 tahun terakhir, peluang kenaikan bagi IHSG pada bulan Oktober mencapai 80%. Valdy memprediksi, transaksi investor asing secara umum masih akan didominasi oleh saham-saham blue chip atau konstituen LQ45.

Secara market cap, emiten bank masih menjadi pemilik market cap terbesar di indeks tersebut. "Sektor ini diperkirakan masih akan menjadi fokus investor asing ketika terjadi pembalikan atau perbaikan sentimen," tandas Valdy.

Senada, Martha juga melihat saham bank akan menjadi incaran investor asing. Selain itu, investor asing melirik saham telekomunikasi, energi dan barang baku. Sebagai pilihan investasi, Martha menyematkan rekomendasi hold untuk BMRI serta buy terhadap saham TLKM dan ICBP.

Sementara itu, Liza menyoroti sejumlah saham yang masih menarik dilirik dan berpotensi menjadi incaran asing. Dari saham perbankan, Liza menjagokan BBRI dan BBNI dengan target harga masing-masing di Rp 6.100 dan Rp 12.000.

Mengantisipasi katalis positif dari musim kampanye Pemilu & Pilpres, saham telekomunikasi dan barang konsumsi juga menarik dicermati. Investor layak melirik TLKM dan ICBP dengan target harga di Rp 4.800 dan Rp 13.600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×