Reporter: Yuliana Hema | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) resmi mengesahkan pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada Senin (4/2).
Kelahiran badan pengelola investasi jumbo ini lahir melalui Revisi Undang-Undang (RUU) tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 19 Tahun 2023 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Baca Juga: Kinerja Keuangan Tak Sesuai Ekspektasi, Akankah Saham Big Banks Kembali Ditinggalkan?
Pengamat Pasar Modal & Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyebutkan, kehadiran BPI Danantara bisa berdampak positif terhadap pasar ekuitas.
“Kehadiran Danantara sebenarnya positif, tetapi pelaku pasar Indonesia belum menangkap sentimen positif tersebut karena masih menunggu,” jelasnya saat dihubungi Kontan, Rabu (5/2).
Direktur Purwanto Asset Management Edwin Sebayang menyebut dari sudut pandang sebagai manajer investasi (MI), Danantara bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar saham.
Namun perlu ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Jika pengasahan BPI Danantara sudah jelas dari segi regulasi dan struktur pasar maka bisa memberikan dampak positif.
Baca Juga: Simak Arah IHSG & Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Perdagangan Rabu (5/2)
“Ini bisa memberikan dampak positif bagi investor karena bisa lebih yakin menilai prospek investasi, baik dari sisi BUMN atau perusahaan swasta terkait,” kata Edwin.
Menurutnya, kejelasan ini bisa meningkatkan likuiditas pasar ekuitas karena investor bisa menilai lebih baik antara risiko dan potensi imbal hasil.
Hal lain yang perlu diwaspadai ialah potensi tumpang tindih antara kegiatan BPI Danantara dengan BUMN. Jika terjadi, maka berpotensi kekhawatiran terkait dengan persaingan.
“Sebagai MI, kami harus memantau bagaimana hal ini akan mempengaruhi daya saing perusahaan yang ada di pasar. Kalau terjadi tumpang tindih, bisa menurunkan daya tarik,” ucapnya.
Budi Frensidy, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI) menilai, kelahiran Danantara ini hampir tidak berdampak terhadap pasar saham atau Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menurutnya, Danantara hanya bertindak sebagai holding dan tidak menjadi perusahaan terbuka. Danantara juga tidak bertindak sebagai market maker maupun liquidity provider.
“Yang lebih diperlukan pasar saat ini untuk pengawal indeks adalah market market atau liquidity provider,” kata Budi.
Baca Juga: Danantara Jadi Pengendali dan Pengelola BUMN dengan Aset Capai Rp 10.000 Triliun
Potensi terhadap Saham Underlying
Pada tahap awal, Danantara akan mengelola tujuh BUMN jumbo, yakni Pertamina, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).
Adapun MIND ID beranggotakan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium dan PT Timah Tbk (TINS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Danantara juga akan mengelola aset beberapa BUMN yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menilai BPI Danantara ini bisa berdampak positif bagi emiten yang menjadi underlying aset kelolaan karena bisa meningkatkan efisiensi dan daya saing.
“Emiten yang menjadi underlying asset Danantara berpotensi mendapatkan manfaat dari sinergi dan akses pendanaan yang lebih luas, tetapi dampak nyatanya tergantung implementasinya,” ucap Miftahul.
Setali tiga uang, Hans menilai dengan menjadi dana kelola Danantara para emiten akan bisa menjadi lebih fokus dalam menjalankan operasional bisnisnya.
“Seharusnya para emiten ini bisa lebih produktif tanpa harus dibebani kepentingan politik. Nantinya Danantara bisa mengurusi kepentingan politik,” tuturnya.
Baca Juga: Inilah Daftar Saham Pelat Merah yang Diprediksi Setor Dividen Besar Tahun 2025
Dengan posisi pasar saham yang sedang terkoreksi, Hans menilai saham bluechip dan bigbanks bisa dicermati. Dia menyarankan investor untuk akumulasi beli BBRI, BMRI, BBNI dan TLKM.
Miftahul menilai BBRI, BMRI dan TLKM tetap menarik untuk dicermati, tetapi investor disarankan mencermati perkembangan lebih lanjut sebelum mengambil keputusan.
Sementara itu, saham pilihan Kiwoom Sekuritas BBRI dan TLKM. Kiwoom Sekuritas merekomendasikan hold BBRI dengan target di Rp 4.360 dan trading buy TLKM dengan target di Rp 2.750.
Selanjutnya: Astra Credit Companies: Pelemahan Rupiah Tak Berdampak pada Penyaluran Alat Berat
Menarik Dibaca: Fitur Baru Fox Logger untuk Optimalkan Penggunaan Bahan Bakar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News