Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas minyak mentah, batubara, dan gas alam mengalami kenaikan. Inflasi yang tinggi di Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan memicu kenaikan pada komoditas lain.
Menurut data dari Trading Economics, pada Selasa (19/9) pukul 19.40 WIB, harga minyak mentah naik 1,57% menjadi US$ 92,91/Bbl. Dalam sebulan terakhir, kenaikan mencapai 15,91%.
Sementara itu, batubara mengalami kenaikan sebesar 0,16% menjadi US$ 160,75/ton dengan total kenaikan sebulan sebesar 7,71%. Gas alam juga naik 1,65% menjadi US$ 2,7730/MMbtu, atau kenaikan sebesar 1,16% dalam sebulan terakhir.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Inflasi, Ini Saham-saham Layak Koleksi dan yang Perlu Diwaspadai
Girta Yoga dari Research & Development ICDX mengamati bahwa kenaikan harga minyak dan batubara terutama disebabkan oleh pasokan yang mengetat di tengah meningkatnya permintaan. Kedua komoditas tersebut menunjukkan tren bullish.
Namun, gas alam menunjukkan tren yang lebih stabil, dipengaruhi oleh penurunan permintaan seiring dengan cuaca yang lebih hangat di Eropa, salah satu konsumen utama, yang mengakibatkan berkurangnya penggunaan listrik.
"Meski demikian, potensi penurunan pasokan membuat pergerakan harga gas alam lebih stabil," ungkapnya kepada Kontan.co.id.
Dalam pekan ini, pengumuman mengenai Fed Rate akan dilakukan. Menurut Girta, harga komoditas tersebut mungkin masih akan naik jika Fed Rate dinaikkan, terutama dengan indikator ekonomi yang menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Fed.
Baca Juga: DPR dan Pemerintah Sepakat Asumsi ICP dan Lifting Minyak Ditingkatkan pada RAPBN 2024
"Kenaikan suku bunga akan mempengaruhi biaya produksi, yang berdampak pada harga penjualan ke retail, termasuk pada komoditas energi," tambahnya.
Sebaliknya, Lukman Leong, Pengamat Komoditas dan Mata Uang, melihat bahwa inflasi AS yang tinggi dapat membuat pergerakan harga komoditas menjadi lebih kompleks. Menurutnya, inflasi dapat meningkatkan biaya sekaligus menekan permintaan.
"Dengan kondisi inflasi di AS, dolar AS kemungkinan akan menguat, sehingga harga komoditas kemungkinan akan tertekan," paparnya.
Lukman memperkirakan kenaikan harga hanya pada minyak mentah dan gas alam. Prediksinya, harga minyak mentah berpotensi mencapai US$ 95 - US$ 100/MMbl, sementara gas alam bisa mencapai US$ 3/MMbtu.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Inflasi, Ini Saham-saham Layak Koleksi dan yang Perlu Diwaspadai
ICDX memprediksi, dengan inflasi AS dan kenaikan komoditas tertentu, komoditas lain berpotensi mengalami kenaikan. Saat inflasi tinggi, komoditas lain seperti forex, bond, dan deposito mungkin akan meningkat karena bunga yang lebih menguntungkan. Emas, sebagai komoditas safe haven, juga berpotensi naik.
Girta memproyeksikan, hingga akhir tahun, harga gas alam berpotensi mencapai US$ 4 – US$ 4,5/MMbtu. Harga batubara berpotensi mencapai US$ 180 – US$ 200/ton.
Sedangkan harga minyak mentah berpotensi mencapai US$ 100 – US$ 110 per barel, tetapi bisa turun ke kisaran US$ 70 – US$ 80 per barel jika ada katalis negatif. "Untuk emas, resistance berada di US$ 2.000 - US$ 2.025 per ounce dan support di US$ 1.875 - US$ 1.850 per ounce," pungkas Girta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News