Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Sebaliknya, Lukman Leong, Pengamat Komoditas dan Mata Uang, melihat bahwa inflasi AS yang tinggi dapat membuat pergerakan harga komoditas menjadi lebih kompleks. Menurutnya, inflasi dapat meningkatkan biaya sekaligus menekan permintaan.
"Dengan kondisi inflasi di AS, dolar AS kemungkinan akan menguat, sehingga harga komoditas kemungkinan akan tertekan," paparnya.
Lukman memperkirakan kenaikan harga hanya pada minyak mentah dan gas alam. Prediksinya, harga minyak mentah berpotensi mencapai US$ 95 - US$ 100/MMbl, sementara gas alam bisa mencapai US$ 3/MMbtu.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Inflasi, Ini Saham-saham Layak Koleksi dan yang Perlu Diwaspadai
ICDX memprediksi, dengan inflasi AS dan kenaikan komoditas tertentu, komoditas lain berpotensi mengalami kenaikan. Saat inflasi tinggi, komoditas lain seperti forex, bond, dan deposito mungkin akan meningkat karena bunga yang lebih menguntungkan. Emas, sebagai komoditas safe haven, juga berpotensi naik.
Girta memproyeksikan, hingga akhir tahun, harga gas alam berpotensi mencapai US$ 4 – US$ 4,5/MMbtu. Harga batubara berpotensi mencapai US$ 180 – US$ 200/ton.
Sedangkan harga minyak mentah berpotensi mencapai US$ 100 – US$ 110 per barel, tetapi bisa turun ke kisaran US$ 70 – US$ 80 per barel jika ada katalis negatif. "Untuk emas, resistance berada di US$ 2.000 - US$ 2.025 per ounce dan support di US$ 1.875 - US$ 1.850 per ounce," pungkas Girta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News