Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik sekitar 1% pada hari Kamis (30/3), didukung oleh stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dan penghentian ekspor dari wilayah Kurdistan Irak.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 59 sen atau 0,75% menjadi US$78,87 per barel pada pukul 10:54 EDT (1454 GMT). Sedanghkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 87 sen atau 1,2% menjadi US$73,84.
Sentimen yang mendukung harga minyak, produsen telah menutup atau mengurangi produksi di beberapa ladang minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan di Irak utara.
Irak terpaksa menghentikan sekitar 450.000 barel per hari (bpd) ekspor minyak mentah atau setengah persen dari pasokan minyak global, dari wilayah Kurdistan (KRI) pada hari Sabtu melalui pipa yang mengalir dari ladang minyak Kirkuk utara ke pelabuhan Turki di Ceyhan.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis, Penurunan Persediaan AS Menahan Kejatuhan Lebih Lanjut
Namun, "perubahan dalam politik dalam negeri Irak dapat mengarah pada penyelesaian politik yang tahan lama segera", kata analis Citi. Sekaligus menambahkan, aliran pipa dapat meningkat sebesar 200.000 barel per hari (bpd).
Yang juga mendukung harga adalah laporan Administrasi Informasi Energi AS bahwa stok minyak mentah AS turun secara tak terduga dalam seminggu hingga 24 Maret ke level terendah dua tahun.
Persediaan minyak mentah turun 7,5 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi kenaikan 100.000 barel dalam jajak pendapat Reuters dari para analis.
"Pedagang mulai membiarkan jumlah persediaan kemarin turun sedikit," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.
Faktor-faktor ini mengimbangi sentimen bearish setelah penurunan produksi minyak mentah Rusia yang lebih rendah dari perkiraan dalam tiga minggu pertama bulan Maret.
Penurunan produksi 300.000 bpd dibandingkan dengan pemotongan yang ditargetkan sebesar 500.000 bpd, atau sekitar 5% dari produksi Rusia, sumber yang mengetahui data tersebut mengatakan kepada Reuters.
Pasar sekarang menunggu data pengeluaran dan inflasi AS yang akan dirilis pada hari Jumat dan dampak yang dihasilkan pada nilai dolar AS.
Sementara itu, OPEC+ kemungkinan akan tetap berpegang pada kesepakatan yang ada tentang pengurangan produksi minyak pada pertemuan hari Senin, lima delegasi dari kelompok produsen mengatakan kepada Reuters.
Baca Juga: Naik 3 Hari Beruntun, Minyak Brent ke US$79,37 dan WTI ke US$73,97
"Sementara kami berpikir harga minyak mungkin tetap bergejolak dalam waktu dekat, kami masih memperkirakan kenaikan impor minyak mentah China dan produksi Rusia yang lebih rendah untuk mengangkat harga selama kuartal mendatang," kata UBS, Kamis.
Konsumsi bahan bakar sulingan China tahun ini kemungkinan akan tumbuh 3% dari tingkat pra-COVID 2019, raksasa energi negara PetroChina mengatakan pada hari Kamis.
"Jika semua berjalan seperti yang diharapkan, dan kami berhasil menghindari resesi, harga minyak akan bergerak sekitar $75-$85/bbl dalam beberapa bulan mendatang," kata analis FGE dalam sebuah catatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News