Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa tahun lalu, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjadi saham defensif dan menjadi tujuan jangka panjang oleh investor. Namun saat ini kinerja keuangan dan kinerja saham UNVR terus mengalami penurunan.
Para investor pun saat ini mencari saham defensif lainnya.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, saham-saham big caps seperti perbankan saat ini yang menjadi saham paling diminati, tidak hanya institusi namun juga ritel.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Sektor Pilihan Saat Ketidakpastian Ekonomi Global Terjadi
"Dan langkah mereka yang melakukan stock split menunjukkan concern mereka terhadap investor ritel. Pertumbuhan harga saham big caps bank, paling stabil dengan besaran CAGR yang besar," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Jumat (23/2).
Rinciannya, dalam 10 tahun terakhir, pada periode Februari 2014 hingga Februari 2024, BBCA tumbuh 17% per tahun, BBRI tumbuh 13% per tahun, BMRI tumbuh 12% per tahun, dan BBNI tumbuh 10% per tahun. Sementara IHSG hanya tumbuh 4,7% per tahun.
"Saham big caps perbankan yang kami lihat paling memiliki kinerja stabil dan diikuti performa saham yang juga stabil," ujarnya.
Karena ia melihat dalam lima tahun ke belakang, secara konsisten, sektor lainnya seperti sektor teknologi, sektor komoditas, dan sektor EBT masih terbilang musiman.
Baca Juga: Strategi Trading & Investasi Beserta Saham Pilihan pada Pekan Pemilu & Pilpres
Sementara jika melihat dalam lima tahun ke depan, ia memprediksi sektor yang akan tumbuh yaitu sektor konsumen, sektor telekomunikasi, dan sektor perbankan.
Menurutnya, sektor tersebut diproyeksikan menjadi sektor penyumbang pertumbuhan bagi ekonomi Indonesia. Kondisi ini tentu memberikan pertumbuhan bagi para emiten-emiten yang ada di sektor tersebut.
Adapun untuk kriteria saham yang akan terus menjadi incaran, yaitu saham yang memiliki fundamental kuat dan stabil.
"Kalau concern pada performa yang stabil tentu akan mengarah kepada emiten big caps yang memiliki skala bisnis yang sudah mature. Emiten yang punya skala besar, memiliki daya tahan yang kuat terhadap kondisi ekonomi," lanjut Alfred.
Lalu, memiliki valuasi yang masih murah dan atraktif, valuasi yang masih menarik akan memberikan ruang kenaikan untuk harga sahamnya ke depan.
Saham UNVR di tahun 2014 memiliki valuasi PER dan PBV sebesar 43x dan 54x. Valuasi yang sangat premium atau tidak murah lagi, pada level valuasi tersebut tentu ruang kenaikan harganya menjadi sangat terbatas.
Terakhir, yaitu likuiditasnya. Likuiditas yang tinggi mengindikasikan minat yang tinggi pula oleh pasar terhadap saham tersebut. Jadi, likuiditas yang tinggi dan stabil menjadi penting dalam berinvestasi atau memilih saham yang baik.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menambahkan bahwa sektor perbankan yang akan terus menjadi primadona.
Baca Juga: Cermati Trading Plan Untuk Saham Pilihan dari Ajaib Sekuritas pada Pekan Pemilu
Ia menyebut, mulai dari potensi valuasi sektor perbankan yang bagus untuk di hold, dan pembagian dividen yang besar yang bisa memberikan nilai tambah lagi bagi saham di sektor perbankan.
"Namun juga harus diperhatikan, tidak semua saham perbankan baik adanya, kami tetap akan lebih suka dengan BBRI, BMRI, BBNI, dan tentu saja BBCA. Beberapa bank lain yang mulai menarik adalah BNGA, dan BRIS," kata Nico kepada Kontan.co.id, Jumay (23/2).
Nico merekomendasikan saham perbankan, yaitu BBCA dengan target harga Rp 10.700 per saham, BBRI dengan target harga Rp 6.650 per saham, BBNI dengan target harga Rp 6.400 per saham, dan BMRI dengan target harga Rp 7.400 per saham.
Baca Juga: Ketidakpastian Ekonomi Global Masih Tinggi, Cermati Saham Pilihan Analis
Sementara Alfred merekomendasikan buy pada beberapa saham, yaitu saham TLKM dengan target harga Rp 4.850 per saham, saham BBRI dengan target harga Rp 6.575 per saham.
Lalu pada saham BBNI dengan target harga Rp 6.475 per saham, saham BBTN dengan target harga Rp 1.600 per saham, saham MYOR dengan target harga Rp 2.850 per saham, dan saham INDF dengan target harga Rp 7.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News