kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik Potensi Reksadana Pasar Uang di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga


Rabu, 15 Juni 2022 / 18:49 WIB
Melirik Potensi Reksadana Pasar Uang di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya laju inflasi Amerika Serikat (AS) telah membuat pasar khawatir terhadap langkah yang akan diambil oleh The Fed. Sebelumnya, pasar mengekspektasikan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada FOMC meeting nanti malam. 

Namun, perkembangan inflasi terbaru telah membuat beberapa pelaku pasar memperkirakan The Fed akan semakin agresif dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps sebagai langkah meredam inflasi tersebut.

Dengan potensi kenaikan suku bunga tersebut, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi menilai pelaku pasar akan bersikap wait and see

Apalagi, The Fed juga masih punya rencana menaikkan suku bunga acuan pada Juli dan September mendatang sebesar 50 bps. 

Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Jadi Satu-satunya Reksadana Berkinerja Apik dalam Sepekan

“Reksadana pasar uang tentu menjadi salah satu alternatif untuk pelaku pasar memarkirkan dananya sembari standby sambil menunggu kebijakan selanjutnya,” katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/6).

Reza menilai, selama pelaku pasar punya kecenderungan profil risiko yang rendah dan khawatir dengan tertekannya pasar, menambah porsi di reksadana pasar uang bisa jadi pilihan. Jadi, ketika pasar sudah terkoreksi imbas keputusan The Fed, investor sudah memiliki dana standby dan siap masuk ke ekuitas.

Hal ini tentunya, mendorong banyaknya aksi net subscription dari para investor existing karena ini adalah kesempatan yang baik untuk investor memarkirkan dananya dan melakukan averaging down. 

Selain itu, potensi net subscription juga akan datang dari investor pemula yang baru mencoba berinvestasi di pasar modal dengan profil risiko yang rendah.

Apalagi, dengan potensi kenaikan suku bunga acuan BI7DRR, reksadana pasar uang dinilai punya prospek yang menarik ke depan. 

“Jika BI7DRR naik menjadi 4% pada tahun ini, kami memproyeksikan imbal hasil reksadana pasar uang bisa ikut naik dari semula 3%-3,5% menjadi 3,5% - 4,5% net,” imbuhnya.

Sementara untuk tahun depan, Reza memperkirakan kinerja reksadana pasar uang akan cenderung stabil. Namun, reksadana jenis ini secara pamor sudah bisa disebut sebagai pengganti deposito dan tabungan bagi para generasi milenial dan generasi z.

Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Jadi Satu-satunya Reksadana Berkinerja Apik Sepekan Terakhir

Dengan karakteristik yang serupa dengan deposito, namun lebih likuid, murah, serta punya imbal hasil yang lebih tinggi membuat produk ini jadi pilihan para investor, khususnya investor baru. Alhasil, dana kelolaannya masih akan mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan yang cukup signifikan pada tahun depan.

“Kami berharap produk reksadana pasar uang kami bisa memberikan imbal hasil 5-5,5% pada tahun depan, sesuai dengan kinerja historisnya. Angka ini seharusnya bisa didapat selama angka covid-19 tetap kondusif dan perekonomian masih stabil semua dalam pemulihan yang positif,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×