kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik Penggerak IHSG di Kuartal IV, Saham-Saham Leader & Laggard Ini Layak Koleksi


Minggu, 01 Oktober 2023 / 16:32 WIB
Melirik Penggerak IHSG di Kuartal IV, Saham-Saham Leader & Laggard Ini Layak Koleksi
ILUSTRASI. Menjelang akhir tahun, pelaku pasar bisa memilah saham-saham potensial dari yang berkinerja unggul.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki kuartal keempat 2023, ada potensi terjadi rotasi pada saham-saham penggerak (movers) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menjelang akhir tahun, pelaku pasar bisa memilah saham-saham potensial dari yang berkinerja unggul (leader) dan yang tertinggal (laggard).

Pada pengujung bulan September, IHSG parkir di posisi 6.939,89, atau menanjak sebanyak 1,30% secara year to date (YtD). Merujuk statistik perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), empat bank berkapitalisasi pasar jumbo (big cap) masih bertengger di jajaran saham leader.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berada di puncak saham leader hingga kuartal ketiga. Di antara bank big caps, ada saham dari sektor barang baku (basic materials) yang telah mengalami lonjakan harga signifikan, yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Sedangkan di deretan saham laggard yang menjadi pemberat indeks, ada sejumlah emiten big cap dari sektor energi dan teknologi. Mereka adalah PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). 

Baca Juga: IHSG Berpeluang Rebound Pada Perdagangan Senin (2/10), Berikut Sentimen Pendukungnya

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro memprediksi, secara sektoral saham teknologi masih akan laggard pada kuartal keempat ini. Di sisi lain, Nico melihat ada potensi rotasi di jajaran saham leader

Sektor unggulan di periode akhir tahun adalah keuangan, barang dan jasa konsumsi (consumer) primer maupun non-primer, serta infrastruktur pada sub-sektor telekomunikasi. Katalis pendorongnya adalah konsumsi akhir tahun dan musim kampanye Pemilu & Pilpres.

"Bisa jadi ada rotasi saham leader ke sektor-sektor tersebut karena potensi perputaran dana yang akan lebih besar di masyarakat," kata Nico kepada Kontan.co.id, Minggu (1/10).

Sementara itu, sektor energi dan barang baku masih berpotensi melaju. Hanya saja, setelah mengalami penguatan yang cukup signifikan dalam sebulan terakhir, tingkat kenaikan harganya diprediksi akan terbatas dan rawan terjadi profit taking.

Baca Juga: Simak Prediksi IHSG untuk Senin (2/10)

Head of Research InvestasiKu Cheril Tanuwijaya turut melihat prospek apik dari sektor energi dan barang baku. Dia memperkirakan tingkat permintaan komoditas masih bisa terjaga di tengah upaya berbagai negara memacu pertumbuhan dan meminimalisir risiko ekonomi.

Apalagi permintaan untuk komoditas energi menjelang musim dingin. "Selain itu, saham-saham bank juga menarik karena pemulihan ekonomi terus berlanjut, kredit masih akan stabil. Fundamental ekonomi Indonesia juga lebih baik daripada negara peers," sebut Cheril.

Dia juga menjagokan sektor consumer primer menjelang momentum kampanye dan akhir tahun. Namun, sektor consumer non-primer (cyclicals) khususnya saham ritel berpotensi melandai terhadang potensi lonjakan inflasi. Begitu pula dengan prospek sektor teknologi yang bisa tertahan oleh suku bunga acuan The Fed yang berpeluang naik lagi.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,74% di Pekan Ini, Cermati Review IHSG Pekan Ini

Antisipasi Window Dressing

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menyoroti, para penggerak IHSG yang diisi oleh saham-saham big cap lebih berpotensi menanjak. Pendorongnya bukan spesifik karena ada rotasi sektor, melainkan akibat siklus tahunan dan antisipasi terhadap window dressing.

Dus, pelaku pasar akan tertarik melirik saham-saham big cap. "Saya menemukan bahwa tekanan jual pada mayoritas saham-saham movers sudah menurun sehingga berpeluang rebound. Saham-saham big cap berpotensi menguat, sektornya variatif," ujar William.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menambahkan, memasuki kuartal keempat, umumnya pelaku pasar memberikan respons positif yang tercermin dari penguatan IHSG. Antisipasi terhadap terjadinya window dressing biasanya menjadi katalis penting.

Sedangkan secara bulanan dalam rentang historis 10 tahun terakhir, pergerakan IHSG di Oktober cenderung menguat dengan probabilitas 80%. "Pada bulan Oktober katalis yang berpotensi menggerakkan pasar yaitu rilis kinerja keuangan kuartal III-2023," imbuh Ratih.

Nico mengamini, faktor kinerja keuangan akan menjadi sentimen penting. Pada kuartal IV-2023 ini, Nico pun menjagokan empat saham big bank dengan prospek pertumbuhan kinerja yang stabil. Meliputi BMRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Baca Juga: Wall Street Ditutup Bervariasi Usai Data Inflasi AS, S&P 500 dan Dow Koreksi

William juga melihat saham BBNI masih berpotensi menguat setelah menggelar aksi stock split. Rekomendasi lainnya, buy saham BBRI dan buy on weakness pada saham BBCA.

Selain saham bank, William melirik saham telekomunikasi dan properti, yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Sedangkan Nico memilih saham  AMMN, TLKM, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). 

Cheril merekomendasikan saham BBRI dengan target harga Rp 5.800 dan stop loss di Rp 5.000, BMRI target harga Rp 6.400 dan stop loss Rp 5.800, BRPT target Rp 1.700 dan stop loss Rp 1.000, MEDC target Rp 2.000 dan stop loss Rp 1.500, serta PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan target harga Rp 3.200 dan stop loss di Rp 2.800.

Dalam jangka pendek pada pekan awal bulan Oktober, secara teknikal Ratih menyematkan rekomendasi buy untuk BMRI dengan target harga Rp 6.200 dan stop loss jika menembus level Rp 5.700. Kemudian, buy EXCL dengan target Rp 2.480 dan stop loss jika turun dari harga Rp 2.290 per saham.

Sedangkan untuk saham-saham yang masih laggard hingga kuartal III-2023, William memandang secara teknikal PGAS dan EMTK berpotensi mengalami kenaikan. Sementara bagi Nico saham UNVR dan PGAS masih menarik dikoleksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×