Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguap di tengah melimpahnya stok Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, Selasa (29/5) pukul 21.07 WIB harga minyak jenis West Texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2019 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 57,50 per barel, terkoreksi 2,77% dibanding harga penutupan kemarin.
Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan data inventaris terbaru dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) pekan lalu membuat harga minyak tergelincir.
API melaporkan stok minyak mentah naik 2,4 juta barel untuk pekan yang berakhir pada 21 Mei. Sementara konsensus pasar berada di level penurunan 2,53 juta barel.
Rabu (22/5), EIA melaporkan peningkatan persediaan minyak mentah 4,7 juta barel. Angka ini 4% di atas rata-rata dalam lima tahun. Pada saat yang sama, EIA mengatakan bahwa produksi AS naik ke tingkat rekor baru di 12,2 juta barel per hari.
“Ini menjadikan AS sebagai produsen dengan produksi harian lebih banyak daripada Arab Saudi atau Rusia,” kata Wahyu kepada Kontan, Rabu (29/5).
Ia menambahkan, data minyak AS yang melambung memicu volatilitas baru di pasar minyak karena kekhawatiran kelebihan pasokan.
Mengutip Reuters, Rabu (29/5) harga minyak terbaru datang setelah perusahaan minyak terbesar dunia termasuk Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp membukukan pendapatan kuartal pertama yang mengecewakan dalam beberapa pekan terakhir di tengah harga komoditas global yang hangat.
Wahyu memprediksi untuk perdagangan selanjutnya akan cenderung melemah dan berkutat di rentang support US$ 57,00, US$ 56,40, dan US$ 55,80 per barel.
Sementara level resistance antara US$ 59,20, US$ 59,70, US$ 60,20 per barel. Selanjutnya, ia meramal pekan depan bakal berada di level US$ 53,00-US$ 62,00 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News