kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat tantangan penerbitan obligasi global di tengah ketidakpastian pasar


Rabu, 31 Oktober 2018 / 22:26 WIB
 Melihat tantangan penerbitan obligasi global di tengah ketidakpastian pasar
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau obligasi global atau global bond masih menjadi instrumen alternatif bagi para investor, tantangan penerbitan instrumen ini cukup berat di tengah berbagai sentimen negatif berskala global.

Seperti yang diketahui, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menerbitkan obligasi global pada bulan ini dalam dua mata uang, yaitu US$ 1 miliar dan € 500 juta. Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) belum lama ini menunda penerbitan obligasi global senilai lebih dari US$ 2 miliar.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia, Fikri C. Permana mengatakan, sebenarnya ketika depresiasi rupiah kerap terjadi belakangan ini, penerbitan obligasi global dapat menjadi opsi alternatif bagi perusahaan yang ingin memperoleh pendanaan dalam jumlah besar. Sebab, perusahaan bisa memperoleh keuntungan optimal dari konversi dana dari dollar AS ke rupiah, dengan catatan obligasi tersebut laris manis ketika ditawarkan kepada investor di luar negeri.

Ia menambahkan, secara makroekonomi, penerbitan obligasi global juga akan berdampak pada masuknya dana berdenominasi dollar AS ke Indonesia. Alhasil, suplai terhadap mata uang tersebut akan bertambah yang nantinya diharapkan dapat membantu stabilitas rupiah.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail menilai, permintaan terhadap obligasi global sebenarnya tetap stabil di tengah tren kenaikan yield US Treasury dan obligasi surat utang di negara maju lainnya. “Ini artinya investor asing di luar negeri bisa memperoleh potensi imbal hasil yang lebih optimal,” imbuhnya, Rabu (31/10).

Memang, minat investor terhadap obligasi global yang diterbitkan oleh perusahaan asal Indonesia bisa tersendat ketika persepsi risiko investasi mengalami peningkatan seperti yang terjadi belakangan ini. Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah selama perusahaan mampu mengkompensasinya dengan pemberian kupon yang lebih tinggi.

Sayangnya, opsi tersebut justru bisa menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan penerbit obligasi global. Tambahan lagi, tren kenaikan suku bunga acuan juga masih bisa berlanjut sehingga berpotensi menambah beban cost of fund bagi perusahaan yang bersangkutan.

Melihat kondisi tersebut, tak heran apabila ada satu atau dua perusahaan yang akhirnya memilih menunda penerbitan obligasi globalnya.

Mikail pun memperkirakan, tren penerbitan obligasi global akan cenderung melambat selama tren kenaikan suku bunga acuan masih berlangsung. “Kalau perusahaan tidak punya kebutuhan mendesak seperti refinancing utang dollar AS, kemungkinan perusahaan tersebut tidak akan menerbitkan obligasi global,” ungkapnya.

Fikri menambahkan, bagi perusahaan yang tetap ingin menerbitkan obligasi global, ada baiknya melakukan riset yang mendalam mengenai kondisi pasar obligasi di negara tujuan penerbitan instrumennya. Apalagi, gejolak pasar keuangan tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di berbagai negara termasuk negara maju.

“Aspek kapabilitas perusahaan dalam melakukan pembayaran dalam bentuk mata uang asing di masa depan juga penting untuk diperhatikan,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×