Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development Tbk (DILD) berhasil mendongkrak raihan pendapatan pra-penjualan alias marketing sales dalam tiga bulan pertama tahun ini. DILD membukukan marketing sales sebesar Rp 501 miliar pada Q1-2022.
Realisasi tersebut melesat 61,61% dibandingkan marketing sales yang dikantongi DILD pada kuartal pertama 2021 senilai Rp 310 miliar. Sekretaris Perusahaan DILD Theresia Rustandi menyampaikan bahwa kondisi pasar properti pada tiga bulan pertama tahun ini lebih kondusif dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Penjualan produk properti dalam tren meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen yang ingin memanfaatkan sejumlah insentif kebijakan pemerintah," kata Theresia kepada Kontan.co.id, Kamis (28/4).
Baca Juga: Intiland (DILD) Kantongi Marketing Sales Rp 500 Miliar Pada Kuartal I
Jika dirinci, segmen pengembangan perumahan memberi kontribusi terbesar dengan nilai Rp 254 miliar atau 51% dari total marketing sales DILD di kuartal pertama 2022. Penjualan segmen kawasan industri menyumbang 38% dengan nilai sebesar Rp 190 miliar. Sementara segmen pengembangan mixed-use & high rise memberi kontribusi 11% dengan membukukan Rp 57 miliar.
Sedangkan jika dirinci berdasarkan lokasi pengembangannya, proyek-proyek di Surabaya memberikan kontribusi marketing sales Rp 319 miliar atau 64%. Sisanya berasal dari penjualan proyek-proyek di area Jakarta dan sekitarnya dengan nilai Rp 182 miliar atau 36% dari raihan marketing sales DILD sejauh ini.
Sebagai informasi, realisasi marketing sales Rp 501 miliar pada kuartal pertama 2022 itu setara dengan 20,87% dari target marketing sales DILD tahun ini, yang diproyeksikan mencapai Rp 2,4 triliun.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) Cetak Pendapatan Rp 2,62 Triliun Sepanjang 2021
Mencermati capaian di kuartal pertama, Theresia menilai kinerja penjualan DILD masih sejalan dengan target. Manajemen DILD memproyeksikan kontribusi terbesar masih berasal dari penjualan segmen perumahan dan kawasan industri.
"Kami terus berupaya mencapai target marketing sales Rp 2,4 triliun hingga akhir tahun nanti. Prospek sektor properti tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu, sehingga bisa menjadi titik balik dan momentum bagi pasar properti kembali tumbuh secara stabil," ujar Theresia.
Penjualan di segmen perumahan diperkirakan akan lebih cepat pulih seiring kembalinya minat beli dan investasi konsumen. Beberapa proyek yang memberikan kontribusi penjualan bagi DILD antara lain berasal dari Serenia Hills di Jakarta, Talaga Bestari di Tangerang, dan Graha Natura dan Amesta Living yang berlokasi di Surabaya.
Kemudian untuk kawasan Industri, DILD masih mengandalkan penjualan lahan industri di Batang Industrial Park di Batang, Jawa Tengah dan Ngoro Industrial Park di Mojokerto, Jawa Timur, serta penjualan pergudangan di Kawasan terpadu Aeropolis, Tangerang.
Sedangkan untuk penjualan properti di segmen mixed-use & high rise, seperti perkantoran dan apartemen, DILD memperkirakan masih cukup menantang. "Namun kami terus berupaya untuk memperkuat penjualan di segmen ini, khususnya penjualan terhadap inventori atau stok unit yang siap huni," tandas Theresia.
Guna memuluskan rencana kerjanya di tahun ini, DILD mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp 1 triliun. Sebagian besar dari capex tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan konstruksi proyek-proyek yang sedang digarap.
Harga saham DILD hari ini naik 0,69% ke level Rp 146 per saham. Secara year to date, harga saham DILD merosot 6,41%.
Baca Juga: Intiland (DILD) Luncurkan Program IAM Intiland Young Leaders, Begini Cara Gabungnya
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei melihat DILD memiliki potensi dengan portofolio proyek yang beragam dan land bank yang cukup memadai hingga sekitar 2.000 hektare. Di samping itu, DILD juga membuka peluang kerjasama dengan pengembang lokal sehingga biaya modal yang dikeluarkan akan lebih rendah, dengan potensi ekspansi yang bisa lebih agresif.
Menimbang hal itu, Jono memberikan rekomendasi buy pada saham DILD dengan target harga di Rp 190. "DILD bisa dibilang menarik karena selain memiliki portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, landbank yang memadai, secara valuasi juga masih cukup murah," ungkap Jono.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memandang secara teknikal pergerakan saham DILD masih cukup sideways dan masih tertahan oleh kluster MA20 dan MA60. Dengan area support berada di Rp 143 per saham dan resistance pada Rp 148 per saham.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) Siapkan Capex Rp1 Triliun Tahun Ini
Sedangkan dari sisi Moving Average Convergence Divergence (MACD), saham DILD berpeluang menguat. "Karena diperkirakan golden cross dengan pergerakan Stochastic yang menguat juga," kata Herditya.
Untuk rekomendasinya, Herditya menilai pelaku pasar dapat melakukan hold terlebih dulu dengan target terdekat berada di resistance Rp 148 per saham-Rp 151 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News