Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dibukanya lockdown di beberapa negara berpotensi mendorong penguatan nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (13/5). Selain itu, beberapa sentimen internal juga berpotensi untuk menopang penguatan mata uang Garuda besok.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Selasa (12/5) rupiah spot ditutup melemah tipis 0,07% ke level Rp 14.905 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan awal pekan Rp 14.895 per dolar AS. Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jidor menunjukkan kurs melemah 0,28% menjadi Rp 14.978 per dolar AS.
Baca Juga: Penawaran Rp 73 triliun, pemerintah hanya menyerap Rp 20 triliun pada lelang SUN
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan pergerakan kurs rupiah hari ini (12/5) dipengaruhi oleh kecemasan pasar akan dialog dagang antara AS dengan China yang berpotensi kembali memanas hingga data pengangguran Indonesia yang diprediksi bakal meningkat di 2020. Tapi, masih ada penahan kejatuhan rupiah lebih lanjut dari upaya-upaya pemerintah.
Meskipun begitu, untuk perdagangan Rabu (13/5) Ibrahim meyakini masih ada ruang bagi rupiah untuk menguat tipis di rentang harga Rp 14.810 per dolar AS hingga Rp 14.550 per dolar AS.
"Sentimen yang mendominasi (potensi penguatan) balik ke eksternal, yakni pembukaan lockdown di AS dan juga Eropa," ungkap Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (12/5).
Baca Juga: Rupiah ditutup melemah ke Rp 14.905 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (12/5)
Faktor penopang rupiah lainnya adalah upaya pemerintah untuk menjaga angka pengangguran kurang dari 12%. Salah satu upaya yang dilakukan dengan merilis aturan berisi skema pemulihan ekonomi nasional dari dampak dan tekanan virus corona.
Adapun beberapa upaya tersebut seperti menggelontorkan penyertaan modal negara (PMN) untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan menempatkan dana khusus di bank peserta. Adanya juga upaya investasi dari pemerintah sesuai perundangan, serta melaksanakan penjaminan secara langsung maupun tidak langsung.
Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bagi rupiah untuk kembali terkoreksi, khsususnya ketika perang dagang antara AS dan China kembali memanas besok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News