Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melempem dan melemah 0,33% ke level Rp 14.868,5 pada perdagangan Rabu (17/5). Dalam sepekan, rupiah melemah 0,93% dari Rp 14.732 per dolar AS pada Rabu pekan lalu.
Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah pada tertekan oleh faktor eksternal berupa kekhawatiran terhadap kegagalan perundingan antara pemerintah dan kongres terkait kenaikan plafon utang AS. Ketidakpastian ini membuat investor memburu dolar AS sebagai safe haven.
Selain itu, dolar AS juga didukung oleh pernyataan bernada hawkish terkait kebijakan moneter bank sentral AS dari pejabat Fed Chicago dan Fed Cleveland. Keduanya menyatakan bahwa inflasi AS masih tinggi sehingga terlalu awal untuk menurunkan suku bunga acuan.
Baca Juga: Kurs Rupiah Tertekan Saat Dolar Melaju Kencang, Rabu (17/5)
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat, data ekonomi AS yang naik melebihi perkiraan turut mendorong ekspektasi penguatan perekonomian AS. Penjualan retail AS tercatat tumbuh 1,6% year on year !(yoy) pada April 2023, lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan 1,4%.
Sentimen ini tidak hanya mempengaruhi pergerakan rupiah, namun juga pergerakan sebagian besar mata uang global pada Rabu (17/5). Hingga akhir Juni 2023, Josua memprediksi, rupiah berpotensi melemah, setidaknya hingga di kisaran Rp 14.850-Rp 15.000 per dolar AS.
Pelemahan lanjutan ini sebagai akibat dari ketidakpastian risiko default AS yang masih berlanjut. "Tidak hanya itu, indikator perekonomian China juga berdampak pada sentimen risk-off di pasar Asia," kata Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (18/5).
Di sisi lain, Lukman melihat, rupiah berpotensi menguat kembali, mengingat revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor diperkirakan akan terealisasi pada bulan Juni 2023. Ia memproyeksi, rupiah akan mengakhiri semester 1 2023 di kisaran Rp 14.500 per dolar AS.
Hingga akhir tahun, faktor pendukung rupiah yang utama juga berasal dari revisi PP tersebut. Kebijakan pemerintah untuk memperluas sektor bisnis yang harus menempatkan DHE di dalam negeri akan membuat likuiditas di Indonesia semakin melimpah.
"Apabila tidak ada surprise eksternal maupun internal terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi, rupiah berpotensi menguat ke Rp 14.000 atau malah di bawahnya di akhir 2023," ungkap Lukman.
Sementara itu, Josua memprediksi, rupiah di akhir tahun akan bergerak di kisaran Rp 14.700-Rp 15.100 per dolar AS. Faktor upside rupiah berasal dari potensi masuknya investor asing di pasar obligasi, sedangkan risiko rupiah cenderung berasal dari sentimen perlambatan ekonomi global.
Baca Juga: Dolar AS Jadi Buruan, Kurs Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah pada Jumat (19/5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News