Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sebelumnya, Analis Philip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr sempat mengungkapkan, beberapa saham yang undervalue seperti MNCN, INDF, dan BBTN juga menarik. Disamping terdiskon, saham-saham ini termasuk dalam saham cyclical.
"Tesisnya industri mereka bersiklus (cyclical) yang sensitif pada pertumbuhan ekonomi dan diharap perform di periode initial recovery," ujarnya kepada Kontan.co.id. Adapun beberapa sektor saham yang bisa dicermati seperti perbankan, semen, CPO, serta tambang. Sehingga, selain ketiga saham tadi, saham-saham seperti BMRI, BBTN, BBNI, INTP, SMGR, UNTR, dan ANTM juga atraktif.
Asal tahu saja, di tengah mayoritas saham yang masih di bawah target konsensus, Bloomberg mencatat HMSP dan TPIA cenderung sudah melewati target harganya. Asal tahu saja HMSP memiliki target harga konsensus Rp 1.292 per saham, sementara harga saat ini Rp 1.375 per saham. Adapun TPIA memiliki target harga Rp 9.112, sementara harga saat ini Rp 10.900 per saham.
Bernadus menjelaskan, kinerja HMSP masih diperberat oleh cukai rokok. Sehingga, potensi laba ke depan akan tergerus cukup besar, Apalagi daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya. Di sisi lain, rokok bukanlah kebutuhan primer yang masih bisa tergantikan. Adapun positif HMSP ke depan adalah pembagian dividen, akan tetapi sentimen ini hanya berdampak sesaat ke harga sahamnya saja.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham sektor industri dasar dan kimia berikut ini
Sementara untuk TPIA, dia menganggap harganya memang sudah terlalu mahal. Lebih baik investor mencermati saham lain yang menarik dari sisi potensi upside dan menarik secara teknikal.
Zamzami menambahkan, kendati mayoritas saham masih tergolong undervalue, dia mengingatkan investor agar terhindar dari value trap. Value trap adalah kondisi ketika valuasi dinilai menarik, dengan PER atau PBV rendah karena harga melorot dalam, tetapi sebenarnya harga saham tersebut masih terlalu mahal karena prospek masa depannya buruk.
Baca Juga: Saham emiten rokok dinilai masih belum menarik, ini sebabnya
Baca Juga: Ada momentum puasa dan lebaran, begini arah IHSG di kuartal kedua 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News