kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi saham sektor industri dasar dan kimia berikut ini


Minggu, 28 Maret 2021 / 14:10 WIB
Simak rekomendasi saham sektor industri dasar dan kimia berikut ini
ILUSTRASI. Indeks sektor industri dasar dan kimia naik 5,71% sejak awal tahun.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor industri dasar dan kimia naik 5,71% sejak awal tahun. Sejumlah saham-saham yang mengangkat indeks indeks ini dalam sebulan terakhir antara lain PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) yang mencatat kenaikan 67,27% dalam sebulan, PT Citra Turbindo Tbk (CTBN) naik 28,46% dalam satu bulan terakhir, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) tumbuh 21,55%, PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS) naik 21,57%, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) tumbuh 24,92%, dan PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) naik 14,75%.

Kemudian, ada juga saham PT Intanwijaya Internasional Tbk (INCI), PT Suparma Tbk (SPMA), PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, salah satu faktor terpenting menguatnya indeks ini adalah perekonomian yang mulai kembali pulih. “Permintaan meningkat sehingga tentu akan mendorong industri dasar dan kimia. Meskipun memang tidak merata di semua sektor, perlahan tapi pasti pemulihan mulai terlihat konsisten,” ujar Niko, Minggu (28/3).

Dia menilai, prospek sektor industri dasar dan kimia ini cukup baik. Misalnya saja ESSA yang saat ini mulai fokus untuk menggenjot produksi ammonia dan LPG untuk mendorong pemulihan kinerja tahun ini.

Baca Juga: Indeks industri dasar dan kimia menguat 5,71% ytd, berikut pendorongnya

Sebab, sebelumnya ESSA sempat terjadi penurunan sebesar 17,9% pada tahun 2020 silam karena adanya corona yang menghadang, atau turun dari 74.871 ton pada tahun 2019 menjadi 61.448 ton pada tahun 2020.

Meskipun tahun 2020 merupakan tahun yang kurang baik karena adanya rugi bersih berjalan US$ 19,12 juta, Nico menjelaskan emiten ini berpotensi mencatat perbaikan kinerja dari ESSA. “Apalagi adanya kenaikan harga LPG dan Amonia, ini akan menjadi salah satu nilai tambah ke depannya. Selain itu fokus berikutnya dari ESSA adalah pengembangan Blue Amonia yang dimana diharapkan akan mampu menambah diversifikasi bisnis dari ESSA,” paparnya.

Japfa juga memiliki prospek yang menarik pada tahun ini. Terlebih JPFA telah menandatangani proses perjanjian jual beli untuk mengakuisisi 100% saham PT So Good Food. Akuisisi ini akan mampu mendorong kinerja JPFA.

Baca Juga: IHSG melesat 1,19% pada Jumat (26/3), masih turun 2,53% sepekan

Nico juga menjagokan saham CPIN. Emiten ini berhasil menembus pasar Timur Tengah, yaitu Qatar. Menurut dia, ini merupakan salah satu langkah terpenting bagi CPIN untuk bisa terus memperluas pasar ekspor. “CPIN berdasarkan kesepakatan mendapatkan kesempatan untuk melakukan ekspor unggas minimal sebanyak 21.600 kg untuk 2021, ekspor tahap awal akan dilakukan pengiriman sekitar 3.618 kg atau 220 juta Rupiah,” tambah Nico.

Selain itu, CPIN melakukan ekspor ke Jepang. Meskipun bukan negara baru, tapi pasar ekspor menjadi salah satu hal yang terpenting untuk bisa terus mengembangkan ekspansi bisnisnya.

Kemudian tak kalah menarik ada SMGR. Nico menjelaskan, memang tahun 2020 silam merupakan tahun yang cukup menyulitkan bagi SMGR untuk bisa dapat bertumbuh, karena anggaran infrastruktur direalokasikan untuk krisis kesehatan.

Namun, tahun pemulihan 2021 ini akan menjadi salah satu tahun kebangkitan yang dapat diharapkan dari SMGR. Aktivitas perekonomian yang membaik dan fokus pemerintah untuk mulai membangun infrastruktur akan menjadi salah satu sentimen positif untuk saham SMGR.

Nico memberikan rekomendasikan buy untuk saham ESSA dengan target harga Rp 370 hingga Rp 390 per saham, buy saham SMGR dengan target harga Rp 14.350 per saham, dan menyarankan hold saham JPFA dengan target harga Rp 1.950 per saham.

Baca Juga: Stabilitas sistem keuangan hingga Februari masih terjaga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×