Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
“Sebagai investor awal dalam proyek tersebut, kita akan mendapatkan harga yang jauh lebih murah daripada harga saat keluar (launching). Tetapi ikut ICO bukan tanpa risiko, karena tidak semua proyek yang ingin launching aset kriptonya itu legit,” jelas Afid kepada Kontan.co.id, Sabtu (15/1).
Ia menjelaskan, tidak jarang proses ICO sebenarnya hanya proyek yang memang dibuat untuk melakukan scam. Oleh karena itu, ia menyarankan para investor yang ingin mencoba untuk melakukan beberapa analisa pada proyek tersebut.
Pertama, melakukan analisa kontrak. Harus dipastikan kontrak yang terdapat pada proyek tersebut sudah diaudit oleh perusahaan audit seperti CertiK, Hacken, dsb. Selain itu, kontrak juga harus terverifikasi di mana bisa dilihat dari blockchain explorer proyek tersebut serta bukan hasil menduplikat dari kontrak sejenis. Tak hanya itu, token juga harus honeypot karena jika tidak, maka user hanya bisa membeli tapi tidak bisa menjualnya.
Kedua, lakukan analisa hodler atau siapa saja yang ikut menanam dana di proyek tersebut. Afid merekomendasikan, wallet developer sebaiknya berisi kurang dari 5%. Hal ini mengindikasikan distribusi token sehat dan mengurangi risiko terjadinya dump sewaktu-waktu karena sebagian besar token di pegang oleh developer.
Baca Juga: 2 Kripto Murah yang Harganya Bisa Melambung di 2022, Tertarik?
Ketiga, investor melakukan analisa likuiditas. Menurut Afid, idealnya sebanyak 65% token terkunci untuk likuiditas karena jika likuiditas tidak cukup, memungkinkan proyek rug-pull alias proyek terbengkalai dan dana dibawa kabur developer. Untuk mengetahuinya, bisa melakukan pengecekan pada platform poocoin.com (BSC),pinksale (BSC) dxtools.io (ethereum).
Keempat, analisa website dan media sosial token tersebut. Sebuah proyek umumnya memiliki komunitas online, umumnya berada di telegram. Afid bilang, investor harus rajin memeriksa apakah grup tersebut aktif berkomunikasi dan berdiskusi atau hanya diisi bot. Jika komunitas pasif dan tidak kuat, sebaiknya berhati-hati.
Kelima, analisa team pengembangnya. Mulai dari siapa pengembang proyek tersebut, bagaimana background-nya, serta hindari pengembang yang anonim. Terakhir, proyek harus sudah terlegitimasi dengan terdaftar di Coinmarketcap atau Coingecko.
“Setelah melakukan analisa pada koin yang hendak ICO tersebut, pastikan juga gunakan dana yang dingin. Sebaiknya, dana yang dialokasikan juga tidak terlalu besar atau jangan 100% dari dana yang dimiliki,” tutup Afid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News